Sabtu, 09 April 2011

PROFIL KOTA SURAKARTA

Profil Kota
Keraton, batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi simbol identitas Kota
Surakarta. Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura
Mangkunegaran (sejak 1745) menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni dan
budaya yang memiliki nilai jual. Nilai jual ini termanifestasi melalui bangunan-bangunan
kuno, tradisi yang terpelihara, dan karya seni yang menakjubkan. Tatanan sosial
penduduk setempat yang tak lepas dari sentuhan-sentuhan kultural dan spasial
keraton semakin menambah daya tarik. Salah satu tradisi yang berlangsung turun
temurun dan semakin mengangkat nama daerah ini adalah membatik. Seni dan
pembatikan Solo menjadikan daerah ini pusat batik di Indonesia. Pariwisata dan
perdagangan ibarat dua sisi mata uang, dimana keduanya saling mendukung dalam
meningkatkan sektor ekonomi
Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Surakarta berada antara 110º45’15”- 110º45’35” BT dan
7º36’00”- 7º56’00”LS dengan luas wilayah 44,04 Km² dengan batas-batas sebagai
berikut
�� Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
�� Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
�� Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo
�� Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan seluas keseluruhan 44,04 km2 dengan jumlah
penduduk sesuai sensus tahun 2000 sejumlah 490.214 jiwa. Kecamatan yang
mempunyai luas wilayah paling besar yaitu Kecamatan Banjarsari (14,81 km2)
sedangkan kecamatan yang mempunyai luas paling kecil yaitu Kecamatan Serengan.
Wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di
Kecamatan Pasar Kliwon (915.418 jiwa/km2) dan terendah terdapat pada Kecamatan
Laweyan (10.127 jiwa/km2).
Secara umum kota Surakarta merupakan dataran rendah dan berada antara
pertemuan kali/sungai-sungai Pepe, Jenes dengan Bengawan Solo, yang mempunyai
ketinggian ±92 dari permukaan air laut.

0 komentar:

Posting Komentar