Kamis, 28 April 2011

PROFIL KOTA PAYAKUMBUH

 Profil   wilayah
Kota Payakumbuh terdiri dari 3  kecamatan yaitu Kecamatan Payakumbuh Barat, Payakumbuh Timur, dan Payakumbuh Utara, seluas 80,43 km2 dengan jumlah penduduk keseluruhan sejumlah 192.442 jiwa. Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2003 Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Payakumbuh Barat (33,75 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Payakumbuh Timur (22,73 km2). Dalam kegiatan pertanian, komoditas yang turut menggerakkan perdagangan berasal dari
kelompok tanaman bahan pangan. Produktivitas padi cukup tinggi di wilayah perkotaan ini. Dari lahan seluas 6.845 Ha, produksi padi mencapai 33.835 ton. Selain dikonsumsi sebagai bahan makanan pokok, beras dimanfaatkan untuk membuat makanan khas daerah. Jenis tanaman lainnya yang cukup berlimpah adalah ubi kayu, pisang, rambutan, ketimun, dan kangkung.
Di sektor peternakan, Payakumbuh termasuk produsen ternak cukup besar di Sumbar. Produksi daging sapi, kerbau, kuda, kambing, ayam, dan itik tahun 2002 lalu mencapai 2,3 juta ton. Sementara produksi telur dari ayam ras, ayam kampung, dan itik mencapai 1,9 juta ton.Kawasan yang mempunyai potensi ekonomi berskala regional dan nasional yang ada di Kota Payakumbuh adalah 1 unit terminal bus skala propinsi yang berlokasi kel. Kubu Gadang dan 1 unit pasar regional yang berlokasi di Jl. Sukarno Hatta ( Kel Parit Rantang). Juga terdapat kawasan wisata sebagai kawasan yang kekhususan skala internasional dan nasional yaitu Ngalau Indah. Kemudian Payakumbuh dilintasi oleh jalan nasional sepanjang 19,42 km, dan terdapat I IPLT berlokasi di sungai Durian, I TPA yang berlokasi di Kel. Kubu Gadang dan 3 IPA yang berlokasi di Batang Tabit, Kamuruncing dan S. dareh.
 
Orientasi wilayah
Secara geografis wilayah Kota Payakumbuh terletak antara 0° 10' sampai 0° 17' LS dan 100° sampai 100° 42' BT dengan luas wilayah 80,43 km2 dengan batas-batas wilayahsebagai berikut :
  • 􀂃 Batas Utara : Kabupaten 50 Kota
  • 􀂃 Batas Selatan : Kabupaten 50 Kota
  • 􀂃 Batas Timur : Kabupaten 50 Kota
  • 􀂃 Batas Barat : Kabupaten 50 Kota


Keadaan topografi kota Payakumbuh bervariasi antara dataran dan berbukit dengan ketinggian 514 meter di atas permukan laut. Kota Payakumbuh dilalui oleh tiga buah sungai yaitu Batang Agam, Batang Lampasi dan Batang Sinama. Payakumbuh tercatat memiliki luas wilayah 80,43 Km2 atau setara dengan 0,19% dari luas wilayah Sumatera Barat, yang terdiri dari 17,3% wilayah yang telah terbangun, bagian yang tidak terbangun digunakan untuk kegiatan pertanian, hutan, perikanan, rawa-rawa dan lain-lain. Suhu udara rata-rata 26 °C dengan kelembaban udara berkisar antara 45-50 %. Curah hujan pada tahun 2001 adalah 1507 mm dengan jumlah hari hujan adalah 85 hari.

Rabu, 27 April 2011

PERJALANAN PANJANG ALFRED RUSSEL WALLACE

Senin, 25 April 2011

SIKLUS HIDROLOGI

Minggu, 24 April 2011

PEMBAGIAN WAKTU DUNIA

Kamis, 21 April 2011

PROFIL KOTA YOGYAKARTA

Profil Wilayah
          Ngayogyakarta Hadiningrat yang didirikan oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono I) pada tahun 1755 hasil dari Perjanjian Giyanti, di kemudian hari tumbuh menjadi kota yang kaya akan budaya dan kesenian Jawa. Yang menjadi titik sentral dari perkembangan kesenian dan budaya adalah kesultanan. Beragam kesenian Jawa klasik, seperti seni tari, tembang, geguritan, gamelan, seni lukis, sastra serta ukir-ukiran, berkembang dari dalam keraton dan kemudian menjadi kesenian rakyat. Kemudian, kesatuan masyarakat dengan nilai-nilai kesenian seakan telah mendarah daging sehingga Yogyakarta dengan 395.604 jiwa penduduknya seperti tidak pernah kehabisan seniman-seniman handal. Selain pesona budaya, khasanah arsitektur kuno juga memiliki daya magis tersendiri bagi para wisatawan. Sebutlah Istana Air Tamansari, Keraton Yogyakarta, Keraton Pakualaman, Candi Prambanan, dan berbagai museum. Karena dinilai sarat akan kebudayaan, maka Yogyakarta menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) utama di Indonesia (meski masih dibawah Pulau Bali).
         Salah satu kekayaan lain dari Yogyakarta adalah sekolah. Sejak bedirinya UGM tahun 1949, kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar. Termasuk UGM, masih ada 47 perguruan tinggi lain, mulai dari tingkat akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi, maupun universitas dengan jumlah mahasiwa mencapai 86.000 orang. Subsektor pendidikan ini merupakan salah satu penyumbang dari sektor jasa-jasa yang pada tahun 2000 lalu bernilai Rp 703 milyar. Keberadaan PT dan mahasiswa memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai usaha yang berkaitan dengan kehidupan mahasiswa, seperti pemondokan, kedai makan, fotokopi, hingga usaha hiburan seperti rental VCD, games, persewaan komik, boutique, sampai salon-salon kecantikan.
Orientasi Wilayah
Secara geografis, Kota Yogyakarta terletak antara 110º24’19” - 110º28’53” Bujur Timur dan 07º15’24” - 07º49’26” Lintang Selatan. Wilayah kota Yogyakarta dibatasi oleh daerah-daerah seperti:
  • • Batas wilayah utara : Kab.Sleman
  • • Batas wilayah selatan : Kab.Bantul
  • • Batas wilayah barat : Kab.Bantul dan kab.Sleman
  • • Batas wilayah timur : Kab.Bantul dan kab.Sleman


Kota Yogyakarta memiliki kemiringan lahan yang relatif datar antara 0%-3% ke arah selatan serta mengalir 3 buah sungai besar : Sungai Winongo di bagian barat, Sungai Code dibagian tengah dan Sungai Gajahwong dibagian timur. Wilayah Kota Yogayakarta terbagi dalam lima bagian kota dengan pembagian sebagai berikut:
Wilayah I : Ketinggian daerah ini ± 91 m - ± 117 m diatas permukaan laut rata-rata. Yang termasuk dalam wilayah ini adalah :
  • • Sebagian Kecamatan Jetis
  • • Kecamatan Gedongtengen
  • • Kecamatan Ngampilan
  • • Kecamatan Keraton
  • • Kecamatan Gondomanan
Wilayah II : Ketinggian daerah ini ± 97 m - ± 114 m diatas permukaan laut rata-rata. Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah:
• Kecamatan Tegalrejo
• Sebagian Kecamatan Wirobrajan
Wilayah III : Ketinggian daerah ini ± 102 m - ± 130 m diatas permukaan laut rata rata. Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah:
• Kecamatan Gondokusuman
• Kecamatan Danurejan
• Kecamatan Pakualaman
• Sebagian kecil Kecamatan Umbulharjo
Wilayah IV : Ketinggian daerah ini ± 75 m - ± 102 m diatas permukaan laut rata-rata.Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah:
• Sebagian Kecamatan Mergangsan
• Kecamatan Umbulharjo
• Kecamatan Kotagedhe
• Kecamatan Mergangsan
Wilayah V : Ketinggian daerah ini ± 83 m - ± 102 m diatas permukaan laut rata-rata.
Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah;
• Kecamatan Wirobrajan
• Kecamatan Mantrijeron
• Sebagian Kecamatan Gondomanan
• Sebagian Kecamatan Mergangsang
         Wilayah Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW, dan 2532 RT dengan wilayah seluas 32,5 km² atau kurang lebih 1,02% dari luas Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Kota Yogyakarta termasuk cekungan bagian bawah dari lereng Gunung Merapi, sebagian besar tanahnya berupa tanah regosol atau vulkanis muda. Sedangkan di Kecamatan Umbulharjo dan sekitarnya jenis tanahnya adalah lempung kepasiran (sandy clay ) dengan formasi geologi batuan sedimen andesit tua (old andesit)/kepasiran.
Karakteristik jenis tanah regosol pada umumnya profil tanah belum berkembang, tekstur tanah kepasiran, geluh, struktur tanah remah gumpal lemah, infiltrasi sedang sampai tinggi dengan solum tebal. Jenis tanah ini mudah meresapkan air permukaan, sehingga dalam kondisi tertentu mampu berfungsi sebagai media perkolasi yang baik bagi

PROFIL KOTA SIDOARJO

 Profil Kota
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah:
  • 􀂃 Sebelah utara : Kecamatan Waru
  • 􀂃 Sebelah selatan : Kecamatan Porong
  • 􀂃 Sebelah Timur : Selat Madura
  • 􀂃 Sebelah Barat : Kecamatan Krian


Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6.256 Ha. Ditinjau dari Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas permukaan laut,

PETA PERSEBARAN HEWAN DI INDONESIA

Rabu, 20 April 2011

9 Nama Sungai Terpanjang di Indonesia

Berikut Nama-Nama sungai yang terpanjang di Indonesia :

Senin, 18 April 2011

PROFIL KOTA BALIKPAPAN

Profil Wilayah
      Kota Balikpapan terletak 113 km di Barat Daya Ibukota Propinsi Kalimantan Timur, Samarinda. Letaknya yang strategis, pada posisi silang jalur perhubungan nasional dan internasional, berpengaruh pada perkembangan kota sebagai pusat jasa, perdagangan, dan industri yang tidak hanya berskala regional Kalimantan Timur saja, namun juga berkembang sebagai salah satu sentra di Indonesia Tengah. Dengan potensi sumber daya yang besar di sekitar kota, terutama di wilayah hinterland seperti Kabupaten Kutai dan Pasir, maka Kota Balikpapan menjadi daya tarik bagi kegiatan perekonomian. Apalagi dengan keberadaan sarana penunjang Pelabuhan Laut Semayang dan Bandar Udara Sepinggan. Selain itu, Kota Balikpapan sebagai pusat kegiatan eksplorasi minyak dan gas serta batu bara di seluruh Kaltim bahkan juga sebagian wilayah Kalimantan Selatan menjadikan kota ini menampung banyak warga asing yang saat ini tercatat 1.014
orang. Ketertiban, keamanan kebersihan dan kerapian sejak lama menjadi ciri khas kota minyak Balikpapan yang bermoto Kubangun, Kubela dan Kujaga. Kota ini sama sekali tidak seperti dalam benak kebanyakan orang yaitu Pulau Kalimantan yang masih berupa belantara. Meskipun berada persis di pinggir laut, sama sekali tidak tercium aroma busuk laut dan ikan-ikannya. Kota Balikpapan terdiri dari 5 Kecamatan dan 27 Kelurahan.
Orientasi Wilayah
         Secara geografis wilayah Kota Balikpapan berada antara 1.0 LS – 1.5 LS dan 16,5 BT – 117,5 BT dengan luas wilayah 503,35 Km² dengan batas-batas sebagai berikut :
  • �� Batas Utara : Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam PaserUtara
  • �� Batas Selatan : Selat Makassar
  • �� Batas Timur : Selat Makassar
  • �� Batas Barat : Teluk Balikpapan


          Dilihat dari topografinya sekitar 70% wilayah Kota Balikpapan merupakan daerah yangberbukit-bukit, sedangkan sisanya berupa dataran landai yang berada di tepi laut.Perbukitan berada di daerah utara, Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan Tengah,dan Balikpapan Timur. Daerah ini menjadi daerah penyangga kota, diantaranya hutan lindung kota di Kecamatan Balikpapan Selatan, lokasi konservasi alam di Kecamatan Balikpapan Utara dan Balikpapan Selatan, serta hutan lindung Sungai Wain di wilayah Balikpapan Utara dan Balikpapan Barat. Sedangkan bagian selatan, tepatnya di sepanjang tepi Teluk Balikpapan, terbentang dataran landai di Kecamatan Balikpapan Selatan dan Tengah. Disinilah detak jantung kegiatan perekonomian Kota Balikpapan berdenyut. Pusat perdagangan, pusat jasa, pusat permukiman, bahkan industri pengolahan terutama minyak dan gas bumi terkonsentrasi di wilayah ini.

JAWABAN MODUL sampe 6 dulu

PROFIL KOTA MOJOKERTO

Kota yang terkenal dengan makanan khas onde ondenya ini menyandang predikat kawasan pemerintahan dengan luas lahan tersempit sekaligus terpadat di Indonesia.  Bagaimana tidak, kota yang berhari jadi tanggal20 Juni 1918 ini hanya memiliki batas administratif seluas 16,46 km² setara dengan ¼ luas areal kota mandiri pertama di Indonesia, Bumi Serpong Damai, sementara penduduknya (2000) sekitar 108.938 jiwa. Berarti kepadatan per km² mencapai  hampir 6.618 jiwa. Di Jawa Timur, kota ini menjadi kota terpadat ke dua setelah  Surabaya. Berdasarkan penggunaan dan kondisi lahan yang ada, Mojokerto mengembangkanwilayahnya dalam tiga bagian, yaitu: barat, timur, dan tengah.
Bagian barat merupakan wilayah yang berkarakteristik pertanian serta
masih bersifat relatif rural. Pengembangan daerah ini berpusat di
Kelurahan Prajurit Kulon.Di sebelah Timur yang berkarakteristik urban, pengembangannya
terpusat di Kelurahan Kedundung.Dan di wilayah tengah yang merupakan jantung kota, pengembangannya
dipusatkan di Kelurahan Mentikan.

Minggu, 17 April 2011

PROFIL KOTA MADIUN

         Kota Madiun yang merupakan ibukota Madiun, Jawa Timur ini memiliki wilayah seluas 33,23 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 192.807 jiwa (sensus Penduduk 2000). Kota Madiun merupakan kota transit pada jalur selatan yang menghubungkan kota-kota di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat seperti Surabaya, Jombang, Madiun, Solo, Jogjakarta sampai DKI Jakarta, sehingga kota Madiun sangat cocok dan menarik untuk mengembangkan sektor indsutri, perdagangan, jasa maupun angkutan. Hal ini tampak dari keberadaan sarana dan prasarana di kota Madiun sehingga dapat melayani kepentingan dalam skala regional dan nasional seperti pendidikan, kesehatan serta komoditi hasil produksi industri. Salah satu sarana yang mendukung peranan perekonomian dalam skala regional adalah jaringan jalan yang kondisinya sangat baik untuk menghubungkan kota Madiun, dengan daerah di luar Kota Madiun yaitu Magetan, Nganjuk, Ponorogo, Jombang, Ngawi dan Kediri. \
Profil Wilayah
Secara astronomis terletak di antara 111º29’45”-111º33’30” Bujur Timur dan 7º35’45”- 7º40’ Lintang Selatan. Adapun batas-batas administrasinya adalah sebagai berikut :
  • �� Batas wilayah utara : Kecamatan Sawahan dan Kecamatan Madiun
  • �� Batas wilayah timur : Kecamatan Wungu
  • �� Batas wilayah selatan : Kecamatan Geger
  • �� Batas wilayah barat : Kecamatan Jiwan


      Wilayah Kota Madiun terletak di lembah Sungai Madiun yaitu sekitar 30 km di sebelah selatan pertemuan antara sungai Madiun dengan Sungai Bengawan Solo dan berada pada ketinggian rata-rata 65 m diatas permukaan laut. Perbedaan ketinggian antara bagian wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya sangat kecil dengan kemiringan rata-rata 0-2% atau dapat dikatakan relatif datar. Oleh karenanya, kondisi seperti itu merupakan potensi besar untuk pengembangan fisik kota.
         Struktur geologi Kota Madiun sebagian besar termasuk jenis alluvium sedangkan jenis tanahnya termasuk luvial yang mempunyai kadar mineral dan organisme yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan jenis tanah tersebut merupakan campuran dari  tanah liat dengan pasir halus yang berwarna hitam kelabu dengan daya penahan air yang cukup baik dan dapat menyerap air.. Kota Madiun secara fisik dibagi oleh sungai Madiun yang embujur dari arah utaraselatan, menjadi dua bagian.Selain itu terdapat pula anak-anak Sungan Madiun yaitu Sungai Catur dan Sungai Sono yang merupakan saluran irigasi lahan pertanian di wilayah kota. Untuk sumber air yang ada yaitu sumber air dangkal dengan kedalaman sekitar 8 meter dari muka air tanah, sedangkan sumber air artesis terdapat pada kedalaman kurang lebih 90 meter. 
         Kota Madiun beriklim tropis dengan temperatur harian rata-rata 24-32ºC dan mempunyai curah hujan -rata pertahun sekitar 100 hari dan besarnya curah hujan 2000 mm pertahun. Pada umumnya dalam setahu terjadi 4-5 bulan kering dan 2-3 bulan lembah serta 5-6 bulan basah. Arah mata angin di Kota Madiun dari arah selatan ke utara rata-rata 78%. Kota Madiun merupakan daerah urban sehingga dominasi penggunaan tanahnya adalah untuk kawasan terbangun yang tediri dari perumahan, fasilitas umum dan linnya. Luas kawasan terbangun ini pada tahun 2000 mencapai 55% dari luas keseluruhan atau sekitar 1.860,323 ha.Kota

Sabtu, 16 April 2011

PROFIL KOTA SINGARAJA

         Kota Singaraja merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Berdasar pengamatan di lapangan, pola permukiman di kota Singaraja ini telah mengarah  pada perkotaan dengan tingkat heterogenitas
yang cukup tinggi.  Batas-batas administratif kota Singaraja adalah :
  • • Sebelah Utara : Laut Bali
  • • Sebelah Selatan : desa Gitit
  • • Sebelah Timur : desa Kerobokan
  • • Sebelah Barat : Desa Pemaron


Orientasi Wilayah
          Secara geografis kota Singaraja terletak di 8º3’40” - 8º23’00” LS dan 114º25’55” - 115º27’28” BT. Secara administratif, Kota Singaraja terbagi menjadi 18 kelurahan dan 1 desa, yaitu  kelurahan Banyuasri, kelurahan Kaliuntu, kelurahan Kampung Anyar, kelurahan Kampung Bugis, kelurahan Kampung Kajanan, kelurahan Kampung baru, kelurahan  Banjar Bali, kelurahan Banjar Jawa, kelurahan Banyuning, kelurahan Astina, kelurahan Kencdran, kelurahan Singaraja, kelurahan Liligundi, kelurahan Paket agung, kelurahan Banjar Tegal, kelurahan Bratan, kelurahan Penarukan, kelurahan Sukasada, Desa Baktiseraga. Kondisi topografi di wilayah Singaraja ini berada pada ketinggia antara 10-500 m dpl dengan morfologi lahan dataran yang memiliki sudut lereng 0-5% pada ketinggian 0- 40 m dan perbukitan dengn sudut lereng 5-30% pada ketinggian 40-1400 m. Bila ditinjau secara geologis, wilayah ini merupakan perlapisan batuan hasil letusan  gunung berapi yang terjadi pada masa yang berlainan. Batuan tersebut pada umumnya terdiri dari breksi, lava dan tufa kecuali sepanjang pantai Utara yang tersusun dari endapan alluvial. Sedangkan jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah Regosol dengan tekstur sabagian besar dalam kategori tekstir sedang. Secara klimatologisnya, di daerah pantai minimla 1.250 mm dan di daerah  pegunungan maksimal 2.500 mm.
          Luas seluruh wilayah Kota Singaraja adalah 27,89 km2 pada tahun 2002 yang terdiri dari lahan sawah seluas 844,15 km2, tegal/huma seluas 464,46 km2, perkebunan seluas 121 km2, pekerangan seluas 1063,46 km2, Kuburan seluas 6,61 km2 dan lainlain seluas 216,09 km2.

PROFIL KOTA MAKASSAR

Profil  Wilayah
Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan   terbesar di Kawasan Timur Indonesia memiliki luas areal 175,79 km2 dengan penduduk 1.112.688, sehingga kota ini sudah menjadi kota Metropolitan. Sebagai pusat pelayanan di KTI, Kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat  pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Secara administrasi kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan 143  kelurahan. Kota ini berada pada  ketinggian antara 0-25 m dari  permukaan laut. Penduduk KotaMakassar pada tahun 2000 adalah 1.130.384 jiwa yang terdiri dari lakilaki  557.050 jiwa dan perempuan 573.334 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65 %. Masyarakat Kota Makassar terdiri dari beberapa etnis yang hidup berdampingan secara damai seperti Etnis Bugis, etnis Makassar, etnis Cina, etnis Toraja, etnis Mandar dll. Kota dengan populasi 1.112.688 jiwa ini, mayoritas penduduknya beragama Islam. Dalam sejarah  perkembangan Islam,
Rumah Adat Suku Toraja
 Makassaradalah kota kunci dalam penyebaran agama Islam ke Kalimantan, Philipina Selatan,NTB dan Maluku. Munculnya kasus SARA di Ambon -- Maluku dan Poso padabeberapa tahun terakhir ini, tidak terlepas dari peran strategis Makassar sebagai kotapintu di wilayah Timur Indonesia. Kekristenan di Makassar dalam beberapa tahun terakhir ini sering menjadi sasaran serbuan.Kota makassar disamping sebagai daerah transit para wisatawan yang akan menuju ke Tana Toraja dan daerah-daerah lainnya, juga memiliki potensi obyek wisata seperti : Pulau Lae-lae, Pulau Kayangan, Pulau Samalona, Obyek wisata peninggalan sejarah lainnya seperti: Museum Lagaligo, Benteng Somba Opu, Makam Syech Yusuf, makam Pangeran Diponegoro, Makam Raja-raja Tallo, dan lain-lain. Fasilitas penunjang tersedia jumlah hotel 95 buah dengan jumlah kamar 3.367 cottage wisata sebanyak 76 buah, selain itu juga terdapat obyek wisata Tanjung Bunga yang potensial.
Orientasi Wilayah
Secara geografis Kota Metropolitan Makassar terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan pada koordinat 119°18'27,97" 119°32'31,03" Bujur Timur dan 5°00'30,18" -  5°14'6,49" Lintang Selatan dengan luas wilayah 175.77 km2 dengan batas-batas berikut :
  • �� Batas Utara : Kabupaten Pangkajene Kepulauan
  • �� Batas Selatan : Kabupaten Gowa
  • �� Batas Timur : Kabupaten Maros
  • �� Batas Barat : Selat Makasar


Secara administrasi Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan 142 Kelurahan dengan 885 RW dan 4446 RT  Ketinggian Kota Makassar bervariasi antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20° C sampai dengan 32° C. Kota Makssar diapit dua buah sungai  yaitu: Sungai Tallo yang bermuara disebelah utara kota dan Sungai Jeneberang  bermuara pada bagian selatan kota.

PROFIL KOTA BONTANG

Profil Wilayah
        Kota Bontang terletak 150 km di utara Samarinda. Dengan wilayah yang relatif kecil dibandingkan kabupaten lainnya di Kalimantan Timur (406,70 km²), Bontang memegang peranan  yang cukup penting dalam pembangunan Kaltim  maupun nasional. Karena di kota yang berpenduduk sekitar 110.000 jiwa ini, terdapat dua perusahaan raksasa internasional yaitu PT  Badak NGL di Bontang Selatan dan PT Pupuk Kaltim di Bontang Utara. Kota Bontang secara administratif dikembangkan sebagai Daerah Otonom Kota sejak tahun 1999, setelah sebelumnya berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Kutai Kertanegara. Letaknya tergolong strategis, pada poros jalan Trans-Kalimantan serta dilalui jalur pelayaran Selat Makassar sehingga menguntungkan dalam mendukung interaksi wilayah Kota Bontang dengan wilayah luar Kota Bontang.
         Secara keseluruhan, luas Kota Bontang mencapai 49.752,56 Ha, dimana sebagianbesar merupakan wilayah perairan, sementara luas wilayah daratan sekitar 29% atau14.870 Ha.
Dari diagram di atas, khususnya jenis penggunaan lahan untuk wilayah daratan Kota Bontang memperlihatkan pembagian guna lahan yang secara umum terdiri dari 3  jenis penggunaan: Hutan Lindung & Pertanian, Kawasan Industri, serta Areal terbangun Perkotaan. Adapun penggunaan lahan wilayah daratan Kota Bontang yagn mencakup areal seluas 147,80 km² terdiri dari :
• Kawasan Hutan Lindung/TNK : 9.025 Ha (11,96%)
• Kawasan PT Badak NGL.Co : 1.527 Ha (3,15%)
• Kawasan PT.Pupuk Kaltim : 2.010 Ha (4,04%)
• Areal efektif untuk pembangunan : 1.950 Ha (10,56%)
Orientasi Wilayah
         Secara astronomis, Kota Bontang berada dalam posisi 117º 23' - 117 º 38' Bujur Timur, serta 0 º 01' - 0 º 14' Lintang Utara. Secara administratif, Kota Bontang  semula merupakan kota administratif dari Kabupaten Kutai dan menjadi Daerah Otonomiberdasarkan UU No.47 tahun 1999 tentang pemekaran propinsi dan  kabupaten, terbagi atas 2 Kecamatan, yaitu Bontang Utara dan Bontang Selatan.  Untuk kecamatan Bontang Utara terdiri dari 4 desa yaitu desa Lok Tuan, desa  Bontang Baru, desa Bontang Kuala dan desa Belimbing. Sedangkan untuk kecamatan Bontang Selatan terdiri dari 5 desa yaitu desa Sekambing, desa Brebaspantai, Desa Brebes Tengah, Desa Tanjung Laut dan desa Satimpo. Adapun batasan wilayah administratif kota adalah sebagai berikut:
  • • Sebelah Utara : Kec. Sangatta - Kabupaten Kutai Timur
  • • Sebelah Timur : Selat Makassar
  • • Sebelah Selatan : Kec. Marangkayu - Kabupaten Kutai Kertanegara
  • • Sebelah Barat : Kec. Sangatta - Kabupaten Kutai Timur


          Wilayah Kota Bontang didominasi oleh permukaan tanah yang datar, landai, dan sedikit berbukit dengan ketinggian antara 0 - 106 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan lereng sebagian besar antara 2-40% dengan luas 7.211 Ha. Mayoritas wilayah (48 %) menempati kawasan pinggir pantai yang relatif datar, sehingga relief  Kota Bontang terlihat mendatar di wilayah pantai, dan bergerak membukit dan bergelombang dari bagian Selatan ke arah Barat.
         Kota Bontang diapit oleh hutan lindung di sebelah Barat dan Selatan, serta Taman  Nasional Kutai di sebelah Utara. Karenanya, tidak heran bila penggunaan lahan untuk hutan belukar tergolong luas, mencapai 3.575 Ha. atau sekitar 24 % dari luas wilayah daratan. Luas lahan pertanian di Kota Bontang mencapai 5.400 Ha atau sekitar 36,5 % dari luas daratan, terdiri dari lahan potensial yang belum dimanfaatkan sebesar  3.150 Ha, serta lahan fungsional pertanian dan peternakan sebesar 2.250 Ha.

PROFIL KOTA GORONTALO

Perindustrian di Kota Gorontalo masih lebih terkonsentrasi pada industri kerajinan berskala kecil dan menengah yang merupakan bidang yang banyak ditekuni oleh sebagian masyarakat Kota Gorontalo dalam menunjang kelangsungan hidupnya. Beberapa komoditi hasil industri kerajinan yang telah dikenal sebagai salah satu produk khas Gorontalo diantaranya adalah industi kerajinan meubel rotan dan kerajinan sulaman krawang tradisional “KARAWO” yang telah dikenal luas bahkan  menjadi icon industri kecil Gorontalo.
Sampai sejauh ini Kota Gorontalo memiliki kekhasan dalam bidang pertanian .Kekhasan ini dapat dilihat pada
keberadaan lahan persawahan disebagian wilayah kota yang mungkin di daerah lain sukar untuk dapat ditemui. Namun sebagai konsekuensi dari status yang disandang Kota Gorontalo sebagai ibukota Propinsi saat ini, maka luasan areal pesawahan yang ada tersebut dari waktu ke waktu cenderung makin berkurang. Salah satu bidang yang pada masa akan datang diharapkan mampu memberi kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian di Kota Gorontalo adalah bidang pariwisata. Pengembangan bidang ini tentunya sangat terkait engan keberadaan objek-objek pariwisata dan daya tariknya terhadap para wisatawan, baik wisatawan lokal, nusantara maupun wisatawan mancanegara.  Beberapa objek wisata yang telah dikembangkan di Kota Gorontalo diantaranya adalah objek wisata alam dan objek wisata budaya sekaligus perpaduan antara keduanya.
Kota Gorontalo terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan KotaBarat, Dungingi, Kota Selatan, Kota Timur, dan Kota Utara seluas 64,79  km2 dengan jumlah penduduk   keseluruhan sejumlah 147.354 jiwa. Sumber : Badan Pusat Statistik Kota gorontalo, 2003
Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Kota Utara (16,71 km2)sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Dungingi (4,10 km2).  Penggunaan lahan di Kota Gorontalo dibedakan atas lahan sawah, lahan kebun/ladang, lahan pekarangan, dan lainnya. Lahan yang digunakan masing masing 1.013 Ha, 695 Ha, 452 Ha, dan 39,74 Ha untuk lainnya pada tahun 2003.
Secara geografis wilayah Kota Gorontalo terletak
antara 00º 28’ 17” - 00º 35’ 56” Lintang Utara (LU) dan 122º 59’ 44” - 123º 05’ 59” Bujur Timur (BT) dengan luas wilayah 64,79 km² dengan batas-batas sebagai berikut :
  • �� Batas Utara : Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango
  • �� Batas Timur : Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango
  • �� Batas Selatan : Teluk Tomini
  • �� Batas Barat : Kecamatan Telaga dan Batudaa Kabupaten Gorontalo


Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan daerah Kabupaten Gorontalo, daerah Kabupaten Bone Bolango dengan luas wilayah sekitar 0,53% dari luas Propinsi Gorontalo dengan 46 desa/kelurahan.  Curah hujan di wilayah ini tercatat sekitar 11 mm  sampai dengan 266 mm pada tahun 2003. Secara umum, suhu udara di Gorontalo rata-rata siang hari 32,1º C, sedangkan suhu udara rata-rata pada malam hari 23,5º C. Kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata 79,9%. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini ada 3 sungai, yaitu Sungai Bone, Sungai Bolango, dan Sungai Tamalate.

PROFIL KOTA CIMAHI

Profil Wilayah
Cimahi menyandang peran sebagai daerah penyangga bagi Kota Bandung yang berjarak sekitar 12 km di sebelah barat. Terutama menjadi tempat bermukimnya para  pekerja yang mencari nafkah di Kota Bandung. Kota Cimahi juga merupakan markas dari 31 kesatuan tentara dan polisi. Pusatpusat pendidikan militer bisa dijumpai di kota ini, mulai dari brigade infanteri, artileri medan, sampai pasukan kavaleri.
Kota Cimahi terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara,  Cimahi Tengah, dan Cimahi Selatan seluas 40,25 km2 dengan jumlah penduduk keseluruhan sejumlah 452.390 jiwa, dan 15 kelurahan.
Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Cimahi Selatan (16,02 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Cimahi Tengah (10,87 km2). Secara geografis, wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah selatan, dengan ketinggian di bagian utara ±1.040 meter dpl (Kelurahan Ciparegan Kecamatan Cimahi Utara) yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu serta ketinggian di bagian selatan sekitar ±685 dpl (di KelurahanMelong Kecamatan Cimahi Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum. Sungai yang melalui Kota Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan debit air rata-rata 3,830 l/dt, dengan anak sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas, Ciputri, Cimindi, Cibeureum (masing-masing di bawah 200 l/dt) dan Kali Cisangkan (496 l/dt),sementara itu mata air yang terdapat di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dengandebit air 4 l/dt dan mata air Cisintok (93 l/dt). Potensi wilayah yang terdapat di kota ini dari sektor pertanian, yaitu tanaman padi sawah dan jagung yang lebih dominan di Kecamatan Cimahi Utara, sedangkan komoditi lainnya seperti ubi kayu, ubi jalar berada di Cimahi Tengah. Rata-rata produksi untuk beberapa komoditi di Cimahi Tengah kecuali jagung berada di Cimahi Selatan.
Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Cimahi berada antara 107º 30’ 30” BT - 107º 34’ 30” BT dan 6º 50” 00” - 6º 56” 00” Lintang Selatan dengan luas wilayah 40,25 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :
  • �� Batas Utara : Kabupaten Bandung
  • �� Batas Selatan : Kabupaten Bandung
  • �� Batas Timur : Kota Bandung 
  • �� Batas Barat : Kabupaten Bandung


PROFIL KOTA KENDARI

Profil  Wilayah
       Wilayah Kota Kendari dengan ibu kotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa berada di antara 3o 54` 30``- 4o 3` 11`` Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122o 23`- 122o 39` Bujur Timur.
Sepintas tentang letak wilayah Kota Kendari
  • sebelah Utara berbatasan  dengan Kecamatan Soropia, 
  • Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kendari,
  • sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan Kecamatan Konda,
  • sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto dan Kecamatan Sampara.
        Kota Kendari terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 yang disyahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status Kotamadya Daerah Tk. II Kendari. Wilayah Kota Kendari terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk
         Kendari dan terdapat satu pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 295,89 Km2 atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas wilayah menurut Kecamatan sangat beragam, Kecamatan Poasia merupakan wilayah kecamatan yang paling luas, kemudian menyusul Kecamatan Abeli, Kecamatan Puwatu, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kambu, Kecamatan Mandonga, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Kendari, Kecamatan Wua- Wua, dan Kecamatan Kadia Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota Kendari hanya dikenal dua musim yakni Musim Kemarau dan Musim Hujan. Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas wilayahnya. Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan yang tidak merata. Musim ini dikenal sebagai musim Pancaroba atau Peralihan antara musim Hujan dan musim Kemarau. Pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus, angin bertiup dari arah timur berasal dari Benua Australia yang kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya curah hujan didaerah ini. Pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober terjadi musim Kemarau. Kemudian pada bulan November sampai dengan bulan Maret, angin bertiup banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya biasanya terjadi musim Hujan. Menurut data yang ada memberikan indikasi bahwa di Kota Kendari tahun 2006 terjadi 159 hh dengan curah hujan 1.747 mm. Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan daerah bersuhu tropis. Menurut data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter Monginsidi Kendari, selama tahun 2006 suhu udara maksimum 33,25 oC dan minimum 20,00  oC. Tekanan Udara rata-rata 1.009,6 millibar dengan kelembaban udara rata-rata 74,92 persen. Kecepatan angin di Kota Kendari selama tahun 2006 pada umumnya berjalan normal, mencapai 3,92 m/detik

PROFIL KOTA MAGELANG

Profil  daerah
          Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7º 26’ 18” - 7º 30’ 9” Lintang Selatan dan 110º 12’ 30” - 110º 12’ 52” Bujur Timur. Posisi ini apabila dilihat dari letak Pulau Jawa sangat menguntungkan sekali karena memposisikan Kota Magelang hampir di tengah-tengah pulau ini.  Kondisi ini akan sangat memudahkan jalur perhubungan dengan kota-kota di sekitarnya, seperti dengan Kota Semarang berjarak 75 km, jarak dengan  Kota Yogyakarta 42 km, dengan Kota Surakat berjarak 109 km. Selain itu  Kota Magelang juga terletak pada jalur transportasi Semarang - Purwokerto, Wonosobo - Salatiga dan Kota - kota di sekitarnya.Sebagai Kota Jasa Kota Magelang juga menjadi daerah tujuan bagi  penduduk sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti dari Kabupaten Temanggung yang berjarak 22 km, Kabupaten Purworejo  berjarak 43 km, Kabupaten Wonosobo berjarak 62 km. Jarak yang relatif dekat ini juga didukung dengan kondisi prasarana jalan yang sangat  memadai dalam kemudahan untuk mengaksesnya. Secara umum Kota Magelang berada pada ketinggian 380 m di atas  permukaan laut dengan titik ketinggian tertinggi pada Gunung Tidar yaitu 503 m di atas permukaan laut. Keberadaan Gunung Tidar ini selain sebagai
kawasan hutan lindung juga berfungsi sebagai paru-paru Kota yang menjadikan iklim Kota Magelang selalu berhawa sejuk.
Secara administrasi Kota Magelang dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Magelang, dengan batas-batas :
  • • Sebelah Utara : Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang
  • • Sebelah Timur : Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang
  • • Sebelah Selatan : Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang
  • • Sebelah Barat : Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang


          Selain berbatasan dengan wilayah tersebut di atas, Kota Magelang juga dibatasi dengan batas alam berupa Sungai Elo di sebelah Timur dan  Sungai Progo untuk batas di sebelah Barat. DDA 2006 I - 2 Sebagai Kota terkecil di Jawa Tengah yang hanya 0,06% dari  keseluruhan luas Propinsi Jawa Tengah, Kota Magelang mempunyai luas wilayah 18,12 km². Dari luas tersebut terbagi menjadi 2 kecamatan dan 14 kelurahan yang rata-rata luasnya wilayahnya kurang dari 2 Km². Kelurahan dengan wilayah terluas dimiliki oleh Kelurahan Jurangombo yaitu sebesar 3,295 Km² atau 18 % dari Luas Wilayah Kota Magelang dan Kelurahan Panjang memiliki luas wilayah yang terkecil diantara kelurahan-kelurahan lainnya yaitu seluas 0,452 Km² atau 2 % dari luas Wilayah Kota Magelang  yang ada. Sebagai Kota yang dikenal berhawa sejuk, pada Tahun 2006 jumlah
curah hujan di Kota Magelang sebanyak 70,95 mm dengan rata-rata curah  hujan 7,10 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu sebanyak 15,40 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebanyak 0,50 mm. Sedangkan rata-rata hujan di Kota Magelang pada tahun 2006 sebanyak 0,2 hari. Jumlah hujan terbanyak terjadi pada bulan Februari sampai dengan bulan April, sebaliknya jumlah hujan terkecil  terjadi pada Bulan Januari dan Mei sampai dengan Bulan Desember

PROFIL KOTA DEPOK

Profil Wilayah
Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian besar kegiatan akademis Universitas Indonesia ke Depok yang menempati areal seluas 318 hektar pada tanggal 5 September 1987. Sebelumnya lahan hijau Kota Depok yang berfungsi sebagai konservasi air masih sangat luas. Jumlah penduduknyapun masih di bawah 700.000  jiwa.  Sebelumnya, pertumbuhan penduduk Depok yang pesat dipicu dengan dijadikannya wilayah Depok sebagi proyek percontohan perumnas berskala besar pada pertengahan 1970-an. Depok kini menjadi kota besar, padahal pada mulanya daerah ini direncanakan dihuni tidak lebih dari 800.000 jiwa pada tahun 2005. Namun pada tahun 2002 lalu jumlah penduduk Depok sudah mencapai 1,2 juta jiwa.
Orientasi Wilayah
Wilayah Kota Depok dengan luas wilayah 200,29 Km² memiliki batas-batas sebagai berikut :
  • �� Batas Utara : Kabupaten Tangerang dan DKI Jakarta
  • �� Batas Selatan : Kabupaten Bogor
  • �� Batas Timur : Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor
  • �� Batas Barat : Kabupaten Bogor


Saat ini perbandingan lahan terbuka hijau dengan kawasan terbangun yang terdiri dari permukiman, perkantoran, dan sarana kota lainnya adalah 55:45. sampai tahun 2010, Pemkot Depok mengalokasikan 50 % areal kotanya untuk kawasan terbangun dan mempertahankan 50 % sebagai lahan terbuka hijau. Di sekitar lahan terbuka tersebut  pemanfaataan untuk permukiman hanya diperbolehkan 35-40 %. Kawasan yangditetapkan untuk mempertahankan konservasi air tanah adalah Kecamatan Limo,Cimanggis, dan Sawangan.

PROFIL KOTA SORONG

Profil Wilayah
            Nama Sorong berasal dari kata soren.Soren dalam bahasa Biak Numfor yang berarti laut yang daIam dan bergelombang. Kata Soren digunakan pertama kali oleh suku Biak Numfor yang berlayar pada zaman dahulu dengan perahu-perahu layar dari satu pulau ke pulau lain hingga tiba dan menetap di Kepulauan Raja Ampat. SukuBiak Numfor inilah yang memberi nama " Daratan Maladum" dengan sebutan  SOREN yang kemudian dilafalkan oleh  para pedagang Thionghoa, Misionaris clad  Eropa, Maluku dan Sanger Talaut dengan sebutan Sorong.  
          Kota Sorong dikenal dengan istilah Kota Minyak sejak masuknya para surveyor  minyak bumi dari Belanda pada tahun 1908. Kota Sorong terkenal sebagai salah satu  kota dengan Atribut peninggalan sejarah
Heritage Nederlands Neuw Guinea Maschcapeij (NNGPM) atau kota yang penuh dengan sisa-sisa peninggalan sejarah bekas perusahaan minyak milik Belanda. Kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar masuk Provinsi Papua dan Kota Persinggahan. Kota Sorong juga rnerupakan Kota industri, perdagangan dan jasa,karena Kota Sorong dikelilingi oleh Kabupaten - Kabupaten yang mempunyai Sumber DayaAlam yang sangat potensial sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar
negeri untuk menanamkan modalnya.
         Kota Sorong pada mulanya merupakan salah satu kecamatan yang dijadikan pusat pemerintahan Kabupaten Sorong. Namun daIam perkembangannya telah mengalami perubahan sesuai Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1996 tanggal 3 Juni 1996 menjadi Kota Administratif Sorong. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang no. 45 Tahun 1999 Kota Administratif Sorong ditingkatkan statusnya rnenjadi daerah otonom sebagai Kota Sorong.Kemudian pada tanggal 12 Oktober 1999 bertempat di Jakarta dilaksanakan pelantikan Pejabat Walikota Sorong Drs. J. A. Jumame dan selanjutnya secara resmi Kota Sorong terpisah dari Kabupaten Sorong pada tanggal 28 Februari 2000.
           Kota Sorong disamping sebagai Kota persinggahan dan pintu gerbang Provinsi Papua, Kota Sorong juga sebagai Kota Industri, Perdagangan dan Jasa. Perpaduan nilai-nilai peninggalan sejarah dan keaslian alami serta keunikan Kota Sorong yang memiliki Water Front View atau  Kota dengan pemandangan laut serta perpaduan panorama, bentangan alam Pulau Waigeo,  Batanta dan Salawati yang merupakan satu gugusan kepulauan Raja Ampat. Serta fasilitas jasa pelayanan umum, yang cukup lengkap memberikan kesan dan daya tarik kepada pengunjung yang ingin mendapatkan pengalaman baru setelah berwisata ke Kota Sorong
       Kong terkenal dengan NNGPM ( Nederlands Neauw Guinea Petroleum Matschcapeij) atau kota yang penuh dengan sisa-sisa Peninggalan sejarah bekas perusahaan minyak milik  Belanda. Perusahaan NNGPM muIai melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi di Sorong sejak Tahun 1935. Peninggalan bersejarah perusahaan tersebut adalah Pelabuhan Eksport Minyak Bumi, beberapa tangki penampung minyak, rumah tinggal karyawan, bekas barak karyawan. Bekas sekolah teknik (Voc School)
Orientasi Wilayah
Secara geografis, Kota Sorong berada pada koordinat 131°51' BT dan 0° 54' LS dengan luas wilayah 1.105 km2. . Wilayah kota ini berada pada ketinggian 3 meter dari permukaan laut dan suhu udara minimum di Kota Sorong sekitar 23, 1 ° C dan suhu udara maximum sekitar 33, 7 ° C. Curah hujan tercatat 2.911 mm. Curah hujan cukup merata sepanjang tahun . Tidak terdapat bulan tanpa hujan, banyaknya hari hujan setiap bulan antara 9 - 27 hari. Kelembaban udara rata-rata tercatat 84 %. Batas-batas geografis Kota Sorong adalah sebagai berikut :
  • Sebelah Barat : Selat Dampir
  • Sebelah Utara : Distrik Makbon & Selat Dampir
  • Sebelah Timur : Distrik Makbon
  • Sebelah Selatan : Distrik Aimas dan Distrik Salawati Kabupaten Sorong


Luas Kota Sorong adalah 1.105 Km2 terdiri dari 4 Distrik dan 20 Kelurahan yaitu :
1. Distrik Sorong membawahi :
  • �� Kelurahan Klademak
  • �� Kelurahan Remu Utara
  • �� Kelurahan Kialigi
  • �� Kelurahan Kampung Baru
  • �� Kelurahan Malawei
2. Distrik Sorong Timur membawahi :
  • �� Kelurahan Remu Selatan
  • �� Kelurahan Malanu
  • �� Kelurahan Klasaman
  • �� Kelurahan Klagete
  • �� Kelurahan Klawuyuk
  • �� Kelurahan Malaingkedi
3. Distrik Sorong Barat membawahi :
  • �� Kelurahan Klawasi
  • �� Kelurahan Rufei
  • �� Kelurahan Tanjung Kasuari
  • �� Kelurahan Saoka
  • �� Kelurahan Klabala
4. Distrik Kepulauan membawahi :
  • �� Kelurahan Dum Timur
  • �� Kelurahan Dum Barat
  • �� Kelurahan Soap
  • �� Kelurahan Raam 
          Keadaan topografi Kota Sorong sangat bervariasi terdiri dari pegunungan, lereng, bukit-bukit dan sebagian adalah dataran rendah, sebelah timur di kelilingi hutan lebat yang merupakan  hutan lindung dan hutan wisata.Keadaan geologi Kota Sorong terdapat hamparan galian golongan C seperti batu gunung, batu kaIi, sirtu, pasir, tanah urug dan kerikil. Sedangkan jenis tanah yang terdapat di Kota Sorong adalah tanah latosal putih yang terdapat di pinggiran pantai Tanjung Kasuari dan tanah fudsolik merah kuning yang terdapat dihamparan seluruh kawasan Distrik Sorong Timur. Keadaan permukaan Kota Sorong yang terdiri dari gunung, buki-bukit dan dataran yang rendah yang ditandai dengan jurang, dan wilayah ini dialiri sungai-sungai sedang, kecil seperti sungai Rufei, sungai Klabala, sungai Duyung, sungai Remu, sungai Klagison, sungai Klawiki, sungai Klasaman dan sungai Klabtin. Fasilitas penunjang wisata lainnya tahun 2003 adalah taman rekreasi pantai Tanjung Kasuari dengan pesona pasir putihnya, Pulau Raam, Pulau Soop dan Pulau Doom yang terkenal dengan pantainya yang indah. Juga pulau Dofior yang terdapat Tugu Selamat Datang di Kota  Sorong dengan menggunakan bahasa Moi ( suku asli di Kota Sorong) yang ramah dan bersahabat menyambut pengunjung yang datang di Kota Sorong. Juga tembok Dofior yang terkenal dengan pemandangan panorama lout dan keindahan alam menjelang senja.
 

PROFIL KOTA SAMARINDA

Profil Wilayah
         Sebagai Ibukota Propinsi Kalimantan Timur, Kota Samarinda mengalami perkembangan kegiatan dan fungsi perkotaan, bahkan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi sekaligus pusat kegiatan bagi kawasan Timur Pulau Kalimantan. Pemandangan kala malam, jauh berbeda dengan pemandangan siang hari. Di siang hari, kesemrawutan dan kemacetan tampak mewarnai jalan-jalan kota. Seperti halnya kota-kota yang dilewati sungai, pemukiman penduduk pun sebagian besar berada di tepi sungai. Namun, karena pertumbuhan penduduk dan migrasi dari luar daerah yang  tidak terkendali mengakibatkan daerah di sepanjang bantaran sungai padat dan kumuh.
        Seiring dengan pelaksanaan UU No.22 Th 1999, dilakukan pemekaran administrasi pemerintahan sehingga kota  Samarinda saat ini terdiri dari 6 Kecamatan, 25 kelurahan, serta 7 Desa. Sumber: Properda Kota Samarinda, 2000 Visi Kota Samarinda adalah mewujudkan Kota Samarinda sebagai Kota Jasa,  Perdagangan dan Permukiman yang berwawasan lingkungan pada tahun 2005.
Orientasi Wilayah
Secara geografis, Kota Samarinda terletak pada posisi 116 15 36 -117 24 16 BT dan 0 21 18 -1 09 16 LS. Kota ini terbelah oleh Sungai Mahakam, dan memiliki wilayah dengan luas total 71.800 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
  • Batas utara : Kec.Muara Badak dan Tenggarong
  • Batas timur : Kec. Anggana
  • Batas selatan : Kec.Sanga-Sanga dan Loa Janan
  • Batas barat : Kec. Loa Kulu dan Tenggarong


        Dilihat dari garis ketinggiannya, Kota Samarinda memiliki topografi yang cenderung mendatar dan terletak di dataran rendah, terbelah oleh Sungai Mahakam. Berdasarkan tabel kelas ketinggian serta luas wilayahnya, terlihat bahwa 42,77% luas daratan Kota Samarinda terletak pada ketinggian 7-25 meter dari permukaan laut.
       Pola penggunaaan lahan di Kota Samarinda berkembang mengikuti pola penyebaran penduduk perkotaan. Akumulasi penduduk sebagian besar terdapat di lokasi-lokasi kegiatan yang dikembangkan oleh Pemerintah Kota dan didukung dengan prasarana dan sarana transpostasi yang memadai, seperti Pusat perdagangan, Pusat Industri, dan lokasi Transmigrasi
        luas kawasan terbangun perkotaan (17.898 Ha) mencapai 24,9% dari luas keseluruhan Kota Samarinda. Mayoritas penggunaan lahan adalah areal terbangun non-perkotaan atau kawasan persawahan, ladang, serta  perkebunan ini tercatat memiliki luas 26.049 Ha atau 36,28% dari total luas wilayah. Selanjutnya, Kawasan Lindung Ringan merupakan bagian dari ruang terbuka yang sudah mulai diiolah oleh rakyat, dengan luas 4.597 Ha atau 6,4% luas total. Secara  keseluruhan, luas ruang terbuka Kota Samarinda mencapai 26.853 ha atau sekitar  37,4% total luas wilayah.




PROFIL KOTA PASURUAN

Profil Wilayah
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan, Jawa Timur, terletak di  persimpangan jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang.Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki wilayah seluas 35,29 km² dengan jumlah  penduduk sebanyak 158.864 jiwa  (Sensus Penduduk 2000). Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan, 19 kelurahan dan 15 desa.  Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo, Purworejo, dan Bugulkidul.Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (16,24 km²), sedang untuk Gadingrejo dan Purworejo masing-masing 10,46 km² dan 8,59 km²
 


Kota Pasuruan merupakan wilayah datar, melandai dari selatan ke utara dengan kemiringan 0-1%, berada pada ketinggian 0-10 m di atas permukaan air laut, disebelah utara terdapat bagian yang agak cekung sehingga pembuangan airnya terlambat. Wilayah Kota Pasuruan merupakan dataran aluvium dari campuran bahan endapan yang berasal dari daerah tufvulkanis intermedier Pegunungan Tengger di sebelah selatan bukit lipatan dan Pasuruanan endapan berkapur Raci di bagian barat dan  Grati di bagian timur. Mengenai kondisi eksisting penggunaan tanah di Kota Pasuruan :
- Luas kawasan terbangun 953,74 Ha atau sebesar 55 % dari luas wilayah administrasi 
- Luas ruang terbuka merupakan sisa dari kawasan terbangun yaitu sebesar 2445,16 Ha atau sebesar 45%   dari luas wilayah administrasi.

PROFIL KOTA MOJOKERTO

 Profil Wilayah
Kota yang terkenal dengan makanan khas onde ondenya ini menyandang predikat kawasan pemerintahan dengan luas lahan tersempit sekaligus terpadat di Indonesia.Bagaimana tidak, kota yang berhari jadi tanggal  20 Juni 1918 ini hanya memiliki batas administratif seluas 16,46 km² setara dengan ¼ luas areal kota mandiri pertama di  Indonesia, Bumi Serpong Damai, sementara penduduknya (2000) sekitar 108.938 jiwa. Berarti kepadatan per km² mencapai hampir 6.618 jiwa. Di Jawa Timur, kota ini menjadi kota terpadat ke dua setelah Surabaya. Berdasarkan penggunaan dan kondisi lahan yang ada, Mojokerto mengembangkan
wilayahnya dalam tiga bagian, yaitu: barat, timur, dan tengah.
1. Bagian barat merupakan wilayah yang berkarakteristik pertanian serta masih bersifat relatif rural.      Pengembangan daerah ini berpusat di Kelurahan Prajurit Kulon.
2. Di sebelah Timur yang berkarakteristik urban, pengembangannya  terpusat di Kelurahan Kedundung.
3. Dan di wilayah tengah yang merupakan jantung kota, pengembangannya dipusatkan di Kelurahan  Mentikan.
Orientasi Wilayah
Kota Mojokerto memiliki batas-batas wilayah:
• Utara : Sungai Brantas
• Selatan : Kab.Mojokerto
• Barat : Kab.Mojokerto
• Timur : Kab.Mojokerto

PROFIL KOTA LUMAJANG

Profil wilayah
Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112°5’-113°22’ Bujur Timur dan 7°52’-8°23’ Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas  1.790.90 km² kota ini terbagi menjadi 20 wilayah kecamatan dan 202 desa/kelurahan dengan batas batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah utara : Desa Selokbesuki, Kutorenon,atau Kecamatan Sukodono. 
• Sebelah timur : Desa Sumberejo, Selok bondang,Urang Gantung (KecamatanLumajang)
• Sebelah selatan : DesaLabruklor, Labrukkidul, Grati (Kecamatan Lumajang).
• Sebelah barat : Desa Kebonagung, Babakan, Klanting (Kecamatan Sukodono)


Sisi belahan Kota Lumajang sebelah utara merupakan daerah perbukitan dan poegunungan yang kering dan tandus, sedangkan di bagian tengah-selatan berupa dataran rendah hingga tinggi yang subur dengan iklim basah, dan belahan beratselatan merupakan dataran rendah dan tinggi dimana kondisinya kurang subur dan kering. Kota Lumajang pada tahun 1999 mempunyai curah hujan mencapai 2.180  mm dengan rata-rata hujan 117,5 hari/tahun.

Rabu, 13 April 2011

PROFIL KOTA SERANG

Profil  Wilayah
Serang merupakan ibu kota Kabupaten Serang dan menjadi Ibu Kota Propinsi Banten terdiri dari 4 kecamatan (Kecamatan Serang, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan taktakan dan Kecamatan Kasemen). Wilayah Kota Serang memiliki luas 188,70 km²  dengan jumlah penduduk 347.042 jiwa (21,27 % dari jumlah penduduk Kabupaten  Serang).
Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kabupaten Serang terletak diantara 5°50' - 6°21'  Lintang Selatan dan 105°7' 106°22'Bujur Timur. Batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Serang, adalah  sebagai berikut :
  • Sebelah Utara : Laut Jawa
  • Sebelah Timur : KabupatenTangerang
  • Sebelah Selatan: Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak
  • Sebelah Barat : Kotamadya Serang  dan Selat Sunda


Secara umum wilayah Kabupaten Serang berada pada ketinggian kurang dari 500 meter dpl dan tersebar pada semua wilayah. Kemiringan tanah atau lereng selain mempengaruhi bentuk wilayah juga mempengaruhi tingginya perkembangan erosi.

PROFIL KOTA TANJUNG PINANG

Profil Wilayah
         Status Kota Tanjung Pinang adalah kota administratif dari Kabupaten Kepulauan Riau. Kota ini memiliki kawasan yang strategis dan terletak di segitiga SIJORI (Singapura, Johor, dan Riau).Kota Tanjung Pinang dijadikan daerah penyangga Kerajaan Bentan yang merupakan pusat perdagangan dan pelayaran, dijadikan pula sebagai pusat perdagangan oleh  Belanda untuk menyaingi Singapura yang dikuasai Inggris. Letak geografis Kota Tanjung Pinang sangat stategis, yaitu pada posisi silang perdagangan dan pelayaran   dunia, antara timur dan barat, antara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan,   menjadi aset berharga yang turut berperanan terhadap pertumbuhan perdagangan.
      Kota Tanjung Pinang terdiri dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bukit  Bestari, Kecamatan Tanjung Pinang
Timur, Tanjung Pinang Kota, dan Tanjung Pinang Barat seluas 239,5 km2 dengan jumlah penduduk  keseluruhan sejumlah 137.356 jiwa.
        Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Tanjung Pinang Timur (83,5 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Tanjung Pinang Barat (34,5 km2).Tanaman yang dapat tumbuh di tanah Kota Tanjung Pinang ini seperti hortikultura, palawija, dan perkebunan. Pada tahun 2001 luas lahan tanam 448 Ha, namun turun 71 Ha di tahun berikutnya karena alih fungsi menjadi daerah permukiman. Hasil panen ini masih jauh dari cukup. Tahun 2002 kebutuhan masyarakat terhadap umbiumbian
hanya tercukupi 10%, sayuran 18%, dan buah-buahan 6%. Oleh karena itu  perlu didatangkan bahan makanan yang menjadi kebutuhan masyarakat Tanjung Pinang. Dengan letaknya yang sangat strategis, Kota Tanjung Pinang ini mempunyai wilayah yang potensial untuk dijadikan area wisata. Terbukti dengan banyaknya wisatawan  mancanegara yang berkunjung di kota ini. Pada tahun 2001, jumlah wisatawan
mancanegara sebanyak 373.497 orang, yang berarti mengalami kenaikan hampir  100% dari jumlah wisatawan mancanegara pada tahun sebelumnya (2000) yakni  186.584 orang. Sedangkan pada tahun 2002, jumlah wisatan mancanegara   mengalami penurunan yang sangat drastis, kembali menjadi sebanyak 183.210
orang (data terakhir November 2002 –Dinas Pariwisata Kota Tanjung Pinang, tahun 2002.Obyek peninggalan sejarahKerajaan Riau di PulauPenyegat, kelenteng diKampung Bugis, dan viharamerupakan jenis wisata yangditawarkan di Kota TanjungPinang ini. Terdapat pula pusatjajan terbuka atau disebut akauyang menyajikan aneka hidangan laut, masakan Cina, yang setiap harinya dikunjungitak kurang dari 500 orang. Wisata kota ditunjang oleh 13 hotel bintang, 43 hotel nonbintang, 34 rumah makan dan pusa-pusat belanja yang terdiri dari 13 supermarket serta pertokoan yang tersebar di wilayah kota. Juga tengah disiapkan kawasan  wisata di Pulau Dompak, Kecamatan Bestari.
Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Tanjung Pinang terletak antara 0º 51’ 30” - 0º 59’ 8” Lintang Utara dan 104º
24’ - 104º 34’ Bujur Timur dengan luas wilayah 239,5 km2 dengan batas batas sebagai berikut :
  • Batas Utara : Kabupaten Kepulauan Riau
  • Batas Selatan : Kabupaten Kepulauan Riau, dan Batas
  • Batas Timur : Kabupaten Kepulauan Riau
  • Batas Barat : KabupatenKepulauan Riau, dan Batam


Kota Tanjung Pinang adalah ibukota Kabupaten Kepualauan Riau, terletak di Pulau Bintan. Perdagangan menjadi suatu kebutuhan mengingat tanah kota yang dikenal dengan kota bestari ini berjenis podsolik merah kuning yaitu tanah masam dengan tekstur pasir berlempung. Permukaan tanah sebagian bergelombang dengan ketinggian dari permukaan laut 0-  70 meter, kecuali daerah dekat pantai / kota lama, kelerengan 0-5 % untuk kelurahan kota seperti Kelurahan Kamboja, Kelurahan Pinang Kota/Tanjung Pinang Barat,Kelurahan Dompak, sedangkan pada kelerengan sampai 15-40 % adalah Kampung Baru dan Bukit Cermin. Iklim kota Tanjung Pinang adalah tropis, dengan suhu rata-rata 25,3º C – 26,3º C,curah hujan 100-300 mm/bulan. Penggunaan lahan adalah, untuk perumahan 6%, fasilitas kota 1%, sawah/tegalan 20%, hutan 14%, dan lain-lain 59%.

PROFIL KOTA PADANG

Profil Wilayah
Ketenaran Kota Padang merambah ke mana-mana berkat “rumah makan Padang” dan “orang-orang Padang”. Padang sebenarnya kota rantau, sekitar 60 persen penduduknya berasal dari orang (perantau) asal Padang Pariaman, sekitar 20 persen dari Solok, dan sisanya dari daerah lain, termasuk etnik Nias, Cina, Keling dan Jawa.
Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Padang berada antara 00º44’00”-01º08’35”LS dan  100º05’05”-100º34’09” BT dengan luas wilayah 694,96 Km² dengan batas-batas sebagai berikut :
  • Batas Utara : Kabupaten Padang Pariaman
  • Batas Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan
  • Batas Timur : Selat Mentawai
  • Batas Barat : Kabupaten Solok


Kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk tinggi yaitu Kecamatan Padang Timur, Padang Barat, Padang Utara mempunyai topografi yang relatif landai, tidak  terjal dan terdapat banyak fasilitas umum dan sosial, infrastruktur pendukung seperti  infrastruktur jalan, sanitasi, drainase, listrik, telekomunikasi dan lain-lain, yang  mendukung pertumbuhan perekonomian Kota Padang secara keseluruhan, sedangkan  wilayah dengan kepadatan penduduk rendah merupakan daerah dengan topografi berbukit-bukit, terjal dan minim infrastruktur pendukung. Daerah efektif kota Padang termasuk sungai adalah 205,007 km2 dan daerah bukit termasuk sungai adalah 486,209 km2. Kota Padang dilalui 5 buah sungai besar dan 16 sungai kecil. Jumlah pulau yang termasuk dalam wilayah kota ini sebanyak 19 buah.

PROFIL KOTA BENGKULU

Kota Bengkulu terdiri dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan Gading Cempaka, Teluk Segara,  Bengkahulu, dan Selebar seluas 14.482 Ha dengan jumlah penduduk keseluruhan sejumlah 360.772 jiwa.
Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Bengkulu berada antara 102°14’42”-102°22’45" Bujur Timur dan 3°43’49”-4°01’00” Lintang Selatan dan terletak antara 3°45"-3°57 dari Garis Equator atau 2°48" sebelah Selatan Garis Khatulistiwa, dengan luas daratan 14.452 ha dengan batas-batas sebagai berikut :
  • Batas Utara : Kabupaten Bengkulu Utara
  • Batas Selatan : Kabupaten Bengkulu Selatan
  • Batas Timur : Kabupaten  Bengkulu Utara
  • Batas Barat : Samudera  Hindia


Kota Bengkulu memiliki relief permukaan tanah yang bergelombang, terdiri dari dataran pantai dan daerah berbukit-bukit dan di beberapa tempat terdapat beberapa cekungan alur sungai kecil dengan beberapa relief-relief kecil.
Secara keseluruhan wilayah ini merupakan punggung-punggung yang datar,membujur dari Utara ke Selatan dengan ketinggian antara 0 - 16 m dari permukaanlaut, dengan tepi bagian timur terdapat banyak tanah rawa. Daerah bagian timur sering tergenang air pada waktu musim penghujan.