Selasa, 27 September 2011

PROFIL KOTA SUBANG

Orientasi wilayah
Kota Subang merupakan ibukota Kecamatan Subang yang terletak di kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat.
Batas-batas administrasi dari kota Subang ini adalah:
  • Sebelah utara : Kecamatan Kalijati
  • Sebelah selatan : Sungai CiLamaran
  • Sebelah Timur : Sungai CiLamaran
  • Sebelah Barat : KabupatenKalijati


Secara topografi, sebagian besar wilayah kota Subang memiliki kemiringan 0º - 17º. Dan secara umum beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun 2.117 mm. Untuk daerah dataran pada kota ini tersusun oleh batuan pasir taufan mempunyai daya dukung untuk fondasi cukup baik. 
Penduduk

Penduduk merupakan aset daerah, karena merupakan subyek sekaligus obyek dari pembangunan. Oleh karenanya faktor penduduk berkompetensi untuk ditinjau sehubungan dengan pembangunan suatu daerah, demi terwujudnya pembangunannya. Jumlah penduduk Kota Subang pada tahun 2003 adalah sebesar 115.316 jiwa. Dengan luas wilayah 3.045 Ha maka kepadatan penduduknya 38 jiwa/Ha. Dari data kependudukan di atas maka Kota Subang dapat digolongkan kepada Kelas Kota Sedang, dimana berdasar kriteria BPS mengenai kelas kota, Kota Sedang adalah Kota dengan jumlah penduduk antara 100.000 sampai 500.000 jiwa.

Ekonomi
Karakteristik perekonomian kota subang bercorak pertanian, hal ini karena sektor pertanian merupakan sektor dominan dalam perekonomian di kota ini. Sektor perekonomian lainnya adalah :
• Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran
• Sektor Listrik, gas dan air bersih
• Sektor pengangkutan dan telekomunikasi
• Sektor Jasa, dan
• Sektor Pariwisata

Fasilitas Pendidikan
Kualitas sumberdaya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pembangunan. Efektifitas, efisiensi dan produktifitas kinerja pembangunan diharapkan menjadi optimal jika dilaksanakan oleh kumpulan SDM berkualitas. Indikator kualitas SDM yang paling umum digunakan karena lebih mudah untuk mendapatkan informasi atau datanya adalah pendidikan formal. Fasilitas pendidikan di kota Kebumen terdiri dari 11 unit Taman Kanak-Kanak, 84 unit SD/MI, 7 unit SMP/MTS dan 5 unit SMTA/MAN. Fasilitas Kesehatan Pembangunan fasilitas kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta kualitas kehidupan dan harapan hidup. Ketersediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit merupakan faktor utama dalam menunjang perbaikan kualitas hidup. Sementara sarana kesehatan di Kota Subang ini terdapat 2 Rumah Sakit, 2 Puskesmas, 4 Puskesmas Pembantu, 9 Balai Pengobatan.

Komponen Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih yang ada di Kota Subang, meliputi sistem perpipaan yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Subang Cabang Subang dengan menggunakan sistem BNA. Sumber air baku bagi sistem penyediaan air bersih Kota Subang terdiri atas air mata air dan sumur dalam. Terjadi konflik interest antara masyarakat dan PDAM terhadap penggunaan mata air. Debit minimum lebih kecil dari kebutuhan

PROFIL KOTA CIANJUR

Profil Wilayah
Kota Cianjur merupakan salah satu kecamatan yang terletak di kabupaten Cianjur propinsi Jawa Barat. Cianjur dikenal dengan pameo ngaos, mamaos dan maenpo. Ngaos adalah tradisi mengaji sebagai kegiatan peribadatan, mamaos adalah pencerminan kehidupan budaya daerah dimana seni mamaos Tembang Sunda Cianjuran berbibit buit (berasal) dari tatar Cianjur. Sedangkan maenpo adalah seni beladiri tempo dulu yang
sekarang lebih dikenal dengan Pencak Silat. Kawasan ini terletak pada posisi yang strategis karena dilintasi kota besar Bandung-Jakarta. Masyarakat Cianjur dikenal sebagai masyarakat yang “nyantri” religius. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin menguatnya komitmen masyarakat Cianjur untuk melkasanakan yari’at Islam dalam kehidupan sehari-hari yang bukanlah merupakan gerakan politik, tetapi merupakan gerakan moral menuju terciptanya masyarakat Cianjur yang sugih mukti dan Islami dan tetap berada dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Orientasi Wilayah
Batas-batas administrasi kota Cianjur adalah :
  • Sebelah Utara : Kecamatan Mande
  • Sebelah Selatan : Kecamatan Warungkondang
  • Sebelah Timur : Kecamatan karangtengah
  • Sebelah Barat : Kecamatan Cugena


Ekonomi
Kondisi Perekonomian Daerah Sebagai daerah agraris yang pembangunannya bertumpuu pada sektor pertanian, kota Cianjur merupakan salah satu daerah swa-sembada padi. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar pada PDRB kabupaten Cianjur. Ini terbukti dengan terkenalnya produksi beras Cianjur di pelosok negeri. Perdagangan yang juga merupakan salah satu faktor yang ikut mendukung sektor perekonomian, mendapat perhatian yang khusus dari pemerintah. Ini terlihat dengan dibangunnya Pasar Induk
Cianjur dan Pasar Muka Cianjur yang dilengkapi departemen store Ramayana, Pusat Grosir dan Super Mall Harimart yang terletak di Jl Dr Muwardi Rancagoong yang kesemuanya itu merupakan pusat perdagangan tradisional yang berwajah modern Selain dari perdagangan, sektor perekonomian juga didukung oleh pariwisata dengan Kebun raya Cibodas sebagai primadonanya, selain itu juga dikenal pusat pariwisata lainnya yaitu Gunung Gede dan Istana Kepresidenan dan lain-lain.
Penduduk
Penduduk merupakan aset daerah, karena merupakan subyek sekaligus obyek dari pembangunan. Oleh karenanya faktor penduduk berkompetensi untuk ditinjau sehubungan dengan pembangunan suatu daerah, demi terwujudnya pembangunannya. Jumlah penduduk Kota Cianjur pada tahun 2001 adalah sebesar 141.343 jiwa dengan luas wilayah 2344 Ha. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu maka Kota Cianjur dapat digolongkan kepada Kelas Kota Sedang, dimana berdasar kriteria BPS mengenai kelas kota, Kota Sedang adalah Kota dengan jumlah penduduk antara 100.000 sampai 500.000 jiwa.

PROFIL KOTA BANDAR LAMPUNG

Profil Wilayah
Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat daya Pulau Sumatera ini memiliki posisi geografis yang sangat menguntungkan. Letaknya di ujung  Pulau Sumatera berdekatan dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. Kota ini menjadi pertemuan antara lintas tengah dan timur Sumatera. Kendaraan dari daerah lain di Pulau Sumatera harus melewati Bandar Lampung bila menuju ke Pulau Jawa. Pada umumnya kendaraan tersebut transit di terminal Rajabasa. Keluar dan masuknya kendaraan baik bus, angkutan kota maupun minibus ke terminal ini, ternyata mampu mendatangkan pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) Kota Bandar Lampung yang pada tahun anggaran 200 mencapai Rp 11,9 milyar. Angkutan jalan raya mampu menyumbang Rp 273 milyar dari total kegiatan ekonomi tahun 2000. Sumbangan lapangan usaha ini paling besar dibanding angkutan lain misalnya air. Banyaknya kendaraan yang keluar masuk melewati Bandar Lampung ini menambah padatnya jalan-jalan kota. Sejalan dengan perkembangan kota, kendaraan pribadi maupun umum pun semakin menjamur, ditambah lagi dengan kendaraan pengangkut hasil bumi dari pelosok daerah Propinsi Lampung yang akan dikirim ke Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan provinsi.

Wilayah Kota Bandar Lampung merupakan daerah perkotaan yang terus berkembang dari daerah tengah ke daerah pinggiran kota yang ditunjang fasilitas perhubungan dan penerangan. Pengembangan kota ditandai dengan tumbuhnya kawasan permukiman, namun demikian daerah pinggiran belum terlihat jelas ciri perkotaannya. Pada tahun 2001 Kota Bandar Lampung dimekarkan dari 9 Kecamatan dan 84 kelurahan menjadi 13 kecamatan dan 98 kelurahan.

Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20’-50º30’ LS dan 105º28’-105º37’ BT dengan luas wilayah 192.96 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :
  • Batas Utara : Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan
  • Batas Selatan : Kecamatan Padang Cermin, Ketibung dan Teluk Lampung, Kabupaten Lampung Selatan
  • Batas Timur : Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan
  • Batas Barat : Kecamatan Gedungtataan dan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan


Kota Bandar Lampung berada di bagian selatan Propinsi Lampung (Teluk Lampung) dan ujung selatan Pulau Sumatera. Menurut kondisi topografi, Propinsi Lampung dapat dibagi ke dalam 5 (lima) satuan ruang, yaitu:
  • Daerah berbukit sampai bergunung, dengan ciri khas lereng-lereng yang curam dengan kemiringan lebih dari 25% dan ketinggian rata-rata 300 meter dpl. Daerah ini meliputi Bukit Barisan, kawasan berbukit di sebelah Timur Bukit Barisan, serta Gunung Rajabasa.
  • Daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit-bukit sempit, kemiringan antara 8% hingga 15%, dan ketinggian antara 300 meter sampai 500 meter dpl. Kawasan ini meliputi wilayah Gedong Tataan, Kedaton, Sukoharjo, dan Pulau Panggung di Daerah Kabupaten Lampung Selatan, serta Adirejo dan Bangunrejo di Daerah Kabupaten Lampung Tengah.
  • Dataran alluvial, mencakup kawasan yang sangat luas meliputi Lampung Tengah hingga mendekati pantai sebelah Timur. Ketinggian kawasan ini berkisar antara 25 hingga 75 meter dpl., dengan kemiringan 0% hingga 3%.Dataran rawa pasang surut di sepanjang pantai Timur dengan ketinggian 0,5 hingga 1 meter dpl. 5. Daerah aliran sungai, yaitu Tulang Bawang, Seputih, Sekampung, Semangka, dan Way Jepara.
Dominasi penggunaan lahan berupa belukar dan area hutan seluas 17 ribu km2. Area lahan sawah seluas 601 km2, perkebunan seluas 4.422 km2, sedangkan area pemukiman seluas 3.113 km2.

Penduduk
Masyarakat Lampung terdiri atas berbagai suku antara lain Lampung, Rawas, Melayu, Pasemah dan Semendo. Masyarakat Lampung bentuknya yang asli memiliki struktur hukum adat yang tersendiri, bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya, kelompok-kelompok tersebut menyebar di berbagai tempat di daerah Lampung. Penduduk pendatang yang menetap di Propinsi Lampung diperkirakan mencapai 84 %. Kelompok etnis terbesar adalah Jawa (30%), Banten/Sunda (20%), Minangkabau (10%), Semendo (12 %). Kelompok etnis lain yang cukup banyak jumlahnnya adalah Bali, Batak, Bengkulu, Bugis, China, Ambon, Aceh, Riau, dan lain-lain. Banyaknya penduduk pendatang ini akibat adanya progam relokasi yang dilakukan sejak tahun 1905 oleh pemerintah kolonial Belanda dengan memindahkan petani dari Bagelan Jawa Tengah dan membangun Kota Wonosobo dan Kota Agung. Kemudian tahun 1932 – 1937 ada pembukaan lahan transmigrasi baru di Kota Metro, Pringsewu, dan berbagai kota lainnya. Program transmigrasi ini terus berlangsung hingga akhir dekade 80-an.
Karakteristik mata pencaharian penduduk pendatang pada umumnya memiliki kekhasan dalam beradaptasi. Sebagai contoh pendatang asal Pati – Jawa Tengah yang semula sebagai petambak lebih memilih usaha tambak di lokasi barunya. Semula mereka berbudidaya bandeng dan jenis ikan lainnya, tetapi seiring dengan
perkembangan tren budidaya udang windu mereka beralih ke jenis yang lebih menguntungkan ini ditambah lagi dengan dukungan dari pihak pemberi modal. Demikian pula dengan pendatang dari etnis Bugis yang terkenal sebagai pelaut lebih memilih menjadi nelayan. Pendatang dari Jawa yang semula petani lebih memilih usaha di bidang pertanian dan perkebunan.

PROFIL KOTA PALEMBANG

Profil Wilayah
Kota Palembang terkenal sebagai kota industri dan kota perdagangan. Posisi geografis Palembang yang terletak di tepian Sungai Musi dan tidak jauh dari Selat Bangka, sangat menguntungkan. Walaupun tidak berada di tepi laut, Kota Palembang mampu dijangkau oleh kapal-kapal dari luar negeri. Terutama dengan adanya Dermaga Tangga Buntung dan Dermaga Sei Lais. Dan juga ditambah lagi dengan adanya Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.Selain itu Kota Palembang terkenal sebagai Kota tua, yang pernah menjadi pusat pendidikan agama Budha. Dan banyak terdapat peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang tersebar di seluruh kota dan sekitarnya, dan situs-situs ini masih belum terurus, seperti Beteng Kuto Besak yang bahkan menjadi polemik karena dijadikan tempat perniagaan.
Kota Palembang yang khas karena dibelah dan dikelilingi Sungai Musi dan anak-anak sungainya, seharusnya lebih tepat menjadi kota sungai (Venice from the East), namun sayangnya pola pembangunan pada era lalu sangat kuat dengan visi penyeragaman, sehingga dibentuk sedemikian rupa menjadi kota daratan sebagaimana kota-kota lain. di Pulau Jawa. Aliran sungai menjadi sempit, bahkan tertutup, rawa-rawa pun ditimbun lalu ketika hujan turun, genangan air dan banjir terjadi di mana-mana. Kurang baiknya penataan kota adalah masalah utama Kota Palembang yang dampaknya membias kemana-mana misalnya masalah sosial seperti maraknya pengemis jalanan, PKL yang sulit ditertibkan, sampai arus lalu lintas yang di beberapa tempat terasa semrawut tidak terlepas dari soal penataan kota yang sejak awal kurang tepat. Akibatnya ketika desakan penduduk dan aktivitas ekonomi menuntut kota dikembangkan semakin pesat, berbagai permasalahan sosialpun muncul.

Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Palembang berada antara 2º 52’ - 3º 5’ LS dan 104º 37’- 104º52” BT dengan luas wilayah 400,61 Km² dengan batas-batas sebagai berikut :
  • Batas Utara : Kabupaten Banyuasin
  • Batas Selatan : Kabupaten Ogan Komering Ilir
  • Batas Timur : Kabupaten Banyuasin
  • Batas Barat : Kabupaten Banyuasin


Kota Palembang terdiri dari 14 kecamatan seluas 400,61 km2 dengan jumlah penduduk 1451.776 jiwa. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu kecamatan Sukarami (98,56 km2), sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu kecamatan 6,5 km2. Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Ilir Timur I (13.882 jiwa/km2), sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu kecamatan Gandus (766 jiwa/km2).

Penduduk
Jumlah penduduk Kota Palembang tahun 2002 sebanyak 1.451.776 jiwa, tersebar pada empat belas kecamatan. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Ilir Timur II, yaitu sebanyak 178.725 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah di Kecamatan Gandus sebanyak 52.707 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata Kota Palembang adalah 3.624 jiwa per km2.

Selasa, 20 September 2011

PETA GEOMORFOLOGI JAKARTA DST

PROFIL KABUPATEN BEKASI

Profil Wilayah
           Kota Bekasi terkenal dengan kesemrawutan lalu lintas dan kemacetan yang terjadi setiap hari. Juga padatnya lahan perumahan dan pertokoan. Bantargebang yang bermasalah sebagai TPA sampah warga DKI Jakarta, padahal Bantargebang bisa dibilang menjadi urat nadi perekonomian kota. Kota Bekasi menjadi kota yang supersibuk karena selain harus melayani warga dari daerah sendiri juga dari wilayahwilayah yang mengelilinginya seperti DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasi. Usianya sebagai kota otonom memang belum lama, baru lima tahun pada 10 Maret 2002. sebelumnya Kota Bekasi berstatus sebagai Kecamatan Bekasi yang kemudian menjadi kota administratif (Kotif) tahun 1982 di bawah Kabupaten Bekasi. Perkembangan Kota Bekasi sudah terlihat sewaktu masih berstatus sebagai kecamatan dan kota administratif. Jumlah penduduk Bekasi kian membengkak karena migrasi penduduk dari luar.  Misalnya pada tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk Kota Bekasi yang 5,18 persen, sebanyak 3,68 persennya adalah laju pertumbuhan migrasi. Sayangnya penyebaran penduduk tidak merata di seluruh wilayah. Lahan permukiman di wilayah seluas 21.049 hektar ini terkonsentrasi di beberapa kecamatan bekas kotif seperti Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Barat dan Bekasi Timur. Di kecamatan-kecamatan tersebut hampir tidak ada lahan kosong. Total tanah Bekasi yang sudah terbangun seluas 10.773 hektar dengan 90 % berupa permukiman. Sisanya untuk industri dan perdagangan dan jasa masing-masing 4 dan 3 %. Lahan untuk pendidikan dan pemerintahan dan bangunan umum masing-masing 2 dan 1 %. Dan kecamatan Bantargebang dilupakan sebagai pusat industri di wilayah ini. Selama ini Kota Bekasi memang lebih menonjol dengan sektor properti khususnya perumahan. Sejak tahun 2001 wilayah administrasi Kota Bekasi terbagi menjadi 10 kecamatan yang terdiri dari 52 kelurahan. 
Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Bekasi berada antara 106º55’ BT dan 6º7’-6º15’ LS dengan luas wilayah 210,49 Km² dengan batas-batas sebagai berikut :
  • Batas Utara     :     Kabupaten Bekasi
  • Batas Selatan  :      Kabupaten Bogor dan Kota Depok
  • Batas Timur    :      Kabupaten Bekasi
  • Batas Barat     :      Provinsi DKI Jakarta
Kota Bekasi terletak pada ketinggian 19 m diatas permukaan laut.


Penduduk
         Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Sejak awal tahun 2000-anpertumbuhan penduduk Kota Bekasi mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode tahun 1990-an. Pada awal tahun 1990-an laju pertumbuhan penduduk Kota Bekasi masih sekitar 6,29% sedangkan pada awal tahun 2000 menjadi 5,19% dan pada tahun 2003 sebesar 4,79%, namun demikian persebaran penduduk di Kota Bekasi masih belum  merata. Dengan jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2003 mencapai 1.845.005 jiwa yang
terdiri dari 930.143 jiwa penduduk laki-laki dan 914.862 jiwa penduduk perempuan, sebagian besar adalah penduduk di kecamatan Bekasi Utara. Padahal kecamatan yang terluas wilayahnya adalah kecamatan Bantargebang. Jumlah penduduk di kecamatan Bekasi Utara sebesar 236.303 jiwa kemudian kecamatan Pondok Gede sebesar 232.110 jiwa. Sementara Kecamatan Jatisampurna memiliki jumlah penduduk
paling sedikit yaitu 103.952 jiwa.

Jumlah angkatan kerja di Kota Bekasi yang berjumlah 720.697 jiwa, terbagi dalam dua kategori yaitu 625.184 jiwa berstatus bekerja dan sisanya, 95.513 jiwa berstatus pencari kerja. Dari 625.184 jiwa yang bekerja, terbagi dalam berbagai lapangan usaha. Jumlah terbesar bekerja pada sektor jasa-jasa, sebanyak 188.435 jiwa atau 30,14%, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebanyak 148.260 jiwa atau 23,71%, baru kemudian disusul sektor-sektor lainnya. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk yang bekerja, menurut lapangan usaha.

PETA ADMINISTRASI SUKABUMI

PROFIL KABUPATEN PATI

SEJARAH KABUPATEN PATI

Untuk menelusuri Hari jadi Kabupaten Pati, Bupati KDH Tk. II Pati membentuk Tim Penyusun dan penelitian Hari Jadi Kabupaten Pati dengan Surat Keputusan No. 003.3/869 tanggal 19 November 1992.

Tim Penyusun dan Penelitian bersepakat bahwa untuk penelitian Hari Jadi Kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No.1 Th. 1971. Gambar yang dimaksud yang berupa:
“ KERIS RAMBUT PINUTUNG DAN KULUK KANIGARA”

Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang terdapat juga pada kitab babad Pati dan kitab babad lainnya dua pusaka itu merupakan lambang kekuasaan dan kekuatan yang juga merupakan simbol kesatuan dan persatuan.

Barang siapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di pulau jawa. Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoko.
Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1290 Masehi di pulau jawa fakum penguasa pemerintahan yang berwibawa. Kerjaan Pajajaran mulai runtuh, Kerajaan Singosari surut, sedang Kerajaan Majapahit belum berdiri.

Di pantai utara Jawa Tengah sekitar Gunung Muria bagian timur muncul Penguasa lokal yang memangkat dirinya sebagai Adipati, wilayah kekuasaannya disebut Kadipaten.
Ada dua pusaka lokal di wilayah itu, yaitu:
  1. Penguasa Kadipaten Paranggaruda, Adipatinya bernama “Yudhapati”. Wilayah kekuasaannya meliputi    sungai Juwana ke selatan, sampai Pegunungan Gamping Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan. Mempunyai seorang putra bernama Raden Jasari.
  2. Penguasa Kadipaten Carangsoko, Adipatinya bernama “Puspa Andungjaya”, wilayah kekuasaannya meliputi semua sungai Juwana sampai Pantai Utara Jawa Tengah bagian Timur. Adipati Carangsoko mempunyai seorang putri bernama Rara Rayungwulan.
Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling menghargai untuk melestariakan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan itu kedua Adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra putrinya itu. Utusan adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon mempelai putri minta bebana agar pada saat pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan dalang kondang yang bernama “Sapanyana”.

Untuk memenuhi beban itu, Adipati Paranggaruda menugaskan panggede kemaguhan yang bernama Yuyurumpung agul-agul Paranggaruda sebelum melaksanakan tugasnya lebih dulu Yuyurumpung berniat melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoko dengan cara menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan bantuan “Sondong Majeruk” kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua pusaka itu diserahkan pada Yuyurumpung, dapat kembali oleh Sondong Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan Sondong Makerti. Dan pusaka itu diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Usaha Yuyurumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu gagal.

Walaupun demikian Yuyurumpung tetap melanjutkan tugas untuk mencari dalang Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mengalami kegagalan.
Pada malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang oleh Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju ke panggung dan seterusnya melarikan diri bersama Dalang Sapanyana. Pahargyan pekawinan antara “Raden Jasari” dan “Rara Rayungwulan” gagal total. Adipati Yudhapati merasa dipermalukan, Emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tak dapat dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten Carangsoka memimpin prajurit Carangsoka, mengalami kekalahan dan kemudian wafat. Raden Kembangjaya (adik ipar Raden Sukmayana) menerusakan peperangan. Dengan dibantu oleh Dalang Sapanyana, dan menggunakan kedua pusaka itu dapat menghancurkan prajurit Peranggaruda. Adipati Paranggaruda, Yudhapati gugur dalam palagan membela kehormatan dan gengsinya.

Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama “Singasari”.

Untuk mengatur pemerintahan yang semakin wilayahnya kebagian selatan, Adipati Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri dengan mengganti nama “Kadipaten Pesantenan”. Dengan gelar “Adipati Jayakusuma” di pesantenan. Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu “Raden Tambra”. Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati Pesantenan dengan gelar “Adipati Tambranegara”.

Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tambranegara bertindak arif dan bijaksana menjadi Songsong Agung yang sangat memperhatikan nasib Rakyatnya, serta menjadi pengayom bagi hamba sahayanya. Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian, ketenangan, dan kesejahteraannya semakin meningkat. Untuk dapat mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di desa Kemiri munuju kearah barat yaitu, di desa Kaborongan, dan mengganti nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.

Dalam prasasti Tuhannaru, yang diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten Majakerta yang berada di Musium Trowulan. Prasasti itu terdapat pada delapan Lempengan Baja, dan bertuliskan huruf Jawa kuna. Pada lempengan yang ke empat antara lain berbunyi bahwa: Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan ABHISEKA WIRALANDA GOPALA pada 13 Desember 1323. Dengan patihnya yang setia dan berani bernama DYAH MALAYUDA dengan gelar RAKAYI. Pada saat pengumuman itu bersamaan juga dengan pisuwanan agung dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian Timur termasuk Raden Tambranegara berada di dalamnya. Raja Jayanegara dari Majapahit mengakui wilayah kekuasaan para Adipati itu, dengan memberi status sebagai tanah predikan, dengan syarat bahwa para Adipati itu setiap tahun harus menyerahkan Upeti berupa bunga.

Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam Pisuanan agung di Majapahit itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati, yang disusun oleh K. M. Sosrosumarto dan S. Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula pada: 12 yang lengkapnya berbunyi:  Tambranegara Pati “Sumewo” maring Majalengka Brawijaya kedua, Majalengka adalah Majapahit “ Kratonnya ing satanah jawi angalih Majapahit, ingkang jumeneng Ratu Brawijaya ingkang kaping kalih, Ya Jaka pekik nama, Raden Tambranegara Sumewa maring, Kraton Majalengka .”
Bardasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta hadir dalam Pisowanan agung di Majapahit.

Menurut tradisi budaya pertanian (Kultur Agraris) kelompok masyarakat atau perorangan jika mengadakan kerja besar misalnya, melaksanakan pernikahan putranya, khitanan, mendirikan rumah, merehab rumah, atau pindahan ke lain tempat, selau mengusahakan tanggal yang baik. Dengan tujuan agar sesuatunya dapat berjalan dengan lancar, baik, selamat serta mendatangkan rejeki.

Hari dan tanggal yang baik itu jika sesuai musim panen padi yang jatuh pada bulan Juli atau Agustus pada tiap tahunnya. Kalau pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi Kabupaten Pati itu diperkirakan pada bulan Juli dan Agustus 1323.

Ada tiga tanggal yang baik pada bulan Juli dan Agustus 1323 itu yaitu: 3 Juli, 7 Agustus, dan 14 Agustus 1323.
Seminar Hari Jadi Kabupaten Pati yang diselenggarakan oleh Bapak Bupati KDH Tk. II Pati pada tanggal 28 September 1993 di Pendopo Kabupaten Pati yang dihadiri oleh para perwakilan lapisan masyarakat Kabupaten Pati, para guru sejarah SLTA se Kabupaten Pati, Konsultan Dosen Fakultas Sastra dan Sejarah Undip Semarang, secara musyawarah dan sepakat memutuskan bahwa tanggal 7 Agustus 1323 sebagai hari kepindahan Kadipaten Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan menjadi Kabupaten Pati, menjadi momentum HARI JADI KABUPATEN PATI. Dengan surya sengkala “KRIDANE PANEMBAH GEBYARING BUMI”, yang bermakna “Dengan bekerja keras dan penuh do’a kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah”.

Tanggal 7 Agustus 1323 sebagai HARI JADI KABUPATEN PATI telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pati Nomor: 2/1994 tanggal 31 Mei 1994

NAMA-NAMA ADIPATI/BUPATI DAERAH
KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PATI
Dari Pemerintahan

NO NAMA
JABATAN
KETERANGAN
1 Raden Tambranegara Adipati di Kabupaten Pesantenan dan Pati
Sekitar tahun 1300
2 Raden Tandanegara
Adipati di Kabupaten Pati
Tahun 1330
3
Kayu Bralit
Adipati di Kabupaten Pati Tahun 1511-1518 (de Grafi)
4
Ki Agen Penjawi
Adipati di Kabupaten Pati setelah gugurnya Arya Penangsang
Tahun 1568-15...
5
Raden Sidik Bergelar Djajakoesoema I
Adipati di Kabupaten Pati Tahun 1577-1601
6
Djajakoesoema II
Adipati di Kabupaten Pati (Adipati Pragola)
Tahun 1601-1628
7
Ki Arja Pagedongan/Penjaringan (Djajakoesoema II)
Adipati di Kabupaten Pati (Adipati Pragola II)
Tahun 1628-1640
8
Adipati Pragola II, pemerintahan kosong/tidak didirikan Adipati tetapi akan tetapi pemerintahan pecah menjadi 2 (dua)
Katemenggungan dan 7 (tujuh)
Kademengan, Yaitu :
Katemenggunan :
* Toemenggung Wetanan
* Toemenggung Koelonan
Kademangan :
* Demang Tenggeles
* Demang Selowesi
* Demang Tjengkalsewu
* Demang Glongsong
* Demang Paselehan
* Demang Margotoehoe
* Demang Juwono
   
9
Mangoen Oneng I (Lepek)
Adipati di Kabupaten Pati
s/d tahun 1670 (pakem)
10
Mangoen Oneng II (Widjo)
Adipati di Kabupaten Pati Tahun 1678-1682
11
Toemenggung Tirtonoto
Adik Mangoen Oneng
Adipati di Kabupaten Pati Tahun 1682-1690
12
Mengoen Oneng III (Abroenoto)
Adipati di Kabupaten Pati (Putra Mangoen Oneng II)
Tahun 1690-1701
13
Soemodipoera (Putra Pangeran Koedoes)

Adipati di Kabupaten Pati Tahun 1701-1718
14
Pangeran Koming (Pamegat Koming I)
Adipati di Kabupaten Pati (Putra Soemodipoero)
Tahun 1718-1720
15
Pangeran Kuning (Pamegat Sari II)
Adipati di Kabupaten Pati (Wafat dan makamnya di Kudus)
Tahun 1720
16
Pamegat Sari III (Raden Wiratmodjo II)
Adipati di Kabupaten Pati
(PAKEM, Hal 131, No. 16 zie sejarah 7/407)
Dukuh Muktisari Desa Muktisari Desa
17
Pangeran Aryo (Megat Sari III)
Adipati di Kabupaten Pati (Zaman Deandels zie sejarah 9/407)
Diasingklan ke Belanda dan Makamya di Surabaya
18
* Sosrodiningrat
* Mangunkusumo
Bupati Pati Wetan
Bupati Pati Kulon
Tahun 1807-1808
19
Kiai Adipati Tjondroagoro
Bupati Pati Pindahan dari Bupati Lamongan
Tahun 1808-1812
20
Adipati Raden Tjondronagoro
Bupati Pati dimakamkan di Desa Puri Pati
Tahun 1812-1829
21
Raden Bagoes Mita
bergelar Kandjeng Pangeran Ario Tjondro Adinegeoro
Bupati Pati
Tahun 1812-1829
Dapat dibaca pada prasasti berdirinya masjid Gambiran Pati
22
Raden Bagoes Kasan
Bergelar Raden Adipati
Ario Tjondro Adinegoro

Bupati Pati
Tahun 1896-1904
23
Raden Toemenggong
Prawiro Werdojo
Bupati Pati
Tahun 1904-1907
24
Raden Adipati Ario Soewondo
Bupati Pati
Tahun 1907-1934
Wafat 4 Juni 1934
25
K.G.P. Dipokoesoemo
Bupati Pati (Enam bulan)
Tahun 1934-1935
26
R.T.A Milono
Bupati Pati kemudian menjadi Residen Pati
Tahun 135-1945
Tahun 1945-1948
27
M. Moerjono Djojodigdo
Bupati Pati
Tahun 1945-1948
Tahun 1948 terjadi perebutan oleh PKI/Muso, mulai Desember 1948 ClashII Pd. Bupati Pati ditunjuk Sukemi Wedono Tayu
28
Raden Soebijanto
Bupati Pati
Tahun 1950-1952
29
Raden Soekardji
Mangoen Koesoemo
Bupati Pati
Tahun 1952-1954
30
Palal al Pranoto
Palal al Pranoto
Bupati Pati
Kepala Daerah Swatantra
Tahun 1954-1957
Tahun 1957-1959
31
M. Soermardi Soero Prawiro
Pegawai Tinggi diperbantukan Pemda tingkat II
Tahun 1957-1959
32
M. Soetjipto
Bupati kdh. Pati
Tahun 1959-1967
33
A.K.B.P Raden Soehargo
Bupati Kdh. Pati
Tahun 1959-1967
34
Kol. Pol.Drs. Edy Rustam Santiko
Bupati Kdh.Pati
Tahun 1973-1979
35
Kol. Inf. Panoedjoe Hidayat
bupati Kdh. Pati
Tahun 1971981
menjabat 18 bulan/meninggal dunia
36
Drs. Soeparto Soewondo
Residen Pati merangkap Pj. Bupati Kdh. tingkat II Pati
s/d agustus 1981
37
Kol. Art. Saoedji
Bupati Kdh. Tingkat II Pati
6 Agustus 1981 sd September 1991
38
Kol. Kav. Sunardji
Bupati Kdh. Tingkat II pati
September 1991 s/d September 1996
39
Kol. Art. H. Yusuf Muhammad
Bupati Kdh. Tingkat II Pati
September 1996 s/d September 2001
40
H. Tasiman, SH
Drs. Kotot Kusmanto
Bupati Pati
Wakil Bupati
September 2001 s/d
September 2006
41
H. Tasiman, SH
Kartika Sukawati, SE. MM
Bupati Pati
Wakil Bupati
September 2006
September 2006 s/d Sekarang
(sumber : Disbudparpora Kab. Pati)

PROFIL DAERAH
Kabupaten Pati terletak di daerah pantai utara pulau jawa dan di bagian timur dari Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150.368 ha yang terdiri dalam 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan, 1.106 dukuh serta 1.474 RW dan 7.524 RT.

KONDISI DAN POTENSI
Dari segi letaknya Kabupaten Pati merupakan daerah yang strategis di bidang ekonomi sosial budaya dan memiliki potensi sumber daya alam serta sumber daya manusia yang dapat dikembangkan dalam semua aspek kehidupan masyarakat seperti pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, pertambangan / penggalian dan pariwisata. Dari data yang diperoleh, potensi utama kabupaten ini adalah pada sektor pertanian, potensi pertanian cukup besar meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Kondisi alam, letak geografis dan peninggalan sejarah merupakan potensi bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Pati seperti Waduk Gunungrowo, Goa Pancur dan lain – lain.
GEOGRAFI

1. KEADAAN ALAM DAN IKLIM
1.1. Letak.
Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten / kota di Jawa Tengah bagian timur, terletak diantara 1100, 50’ - 1110, 15’ bujur timur dan 60, 25’ – 70,00’ lintang selatan.



1.2. Batas wilayah
Sebelah utara : dibatasi wilayah Kab. Jepara dan Laut Jawa.
Sebelah barat : dibatasi wilayah Kab. Kudus dan Kab. Jepara
Sebelah selatan : dibatasi wilayah Kab. Grobogan dan Kab. Blora
Sebelah timur : dibatasi wilayah Kab. Rembang dan Laut Jawa

1.3. Sumber daya alam
        Luas wilayah
Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150.368 Ha yang terdiri dari 58.448 ha lahan sawah dan 91.920 ha lahan bukan sawah. Secara lebih rinci dapat dilihat dalam tabel luas tanah menurut penggunaannya, tabel 1.1.1.
Kecamatan
Lahan
Sawah
Lahan
Bukan
Sawah
Jumlah/
Total
Persen
tase (%)
010. Sukolilo
020. Kayen
030. Tambakromo
040. Winong
050. Pucakwangi
060. Jaken
070. Batangan
080. Juwana
090. Jakenan
100. Pati
110. Gabus
120. Margorejo
130. Gembong
140. Tlogowungu
150. Wedarijaksa
160. Trangkil
170. Margoyoso
180. Gunungwungkal
190. Cluwak
200. Tayu
210. Dukuhseti
7.253
4.937
2.947
4.202
5.023
3.595
2.082
1.165
3.871
2.558
4.075
2.708
823
1.829
1.967
1.034
1.210
1.624
1.344
2.138
2.063
8.621
4.666
4.300
5.792
7.260
3.257
2.984
4.428
1.433
1.691
1.476
3.473
5.907
7.617
2.118
3.250
4.787
4.556
5.587
2.621
6.096
15.874
9.603
7.247
9.994
12.283
6.852
5.066
5.593
5.304
4.249
5.551
6.181
6.730
9.446
4.085
4.284
5.997
6.180
6.931
4.759
8.159
10,56
6,39
4,82
6,65
8,17
4,56
3,37
3,72
3,53
2,83
3,69
4,11
4,48
6,28
2,72
2,85
3,99
4,11
4,61
3,16
5,43
Jumlah/ Total
58.448
91.920
150.368
100,00

  Tanah
Bagian utara terdiri dari tanah Red Yellow, Latosol, Aluvial, Hidromer dan Regosol. Sedangkan bagian selatan terdiri tanah Aluvial, Hidromer, dan Gromosol.
Rincian menurut kecamatan sebagai berikut :
- Batangan, Sukolilo, Gabus dan Jakenan merupakan tanah Aluvial.
- Cluwak, Gunungwungkal dan Gembong merupakan tanah Latosol.
- Juwana dan Margoyoso merupakan tanah Aluvial dan Red Yellow mediteran.
- Pati dan Margorejo merupakan tanah Red Yellow mediteran, Latosol, Aluvial dan Hidromer.
- Kayen dan Tambakromo merupakan tanah Aluvial dan Hidromer.
- Pucakwangi dan Winong merupakan tanah Gromosol dan Hidromer.
- Wedarijaksa merupakan tanah Red Yellow mediteran, Latosol dan Regosol.
- Tayu merupakan tanah Aluvial, Red Yellow dan regosol.
- Tlogowungu merupakan tanah Latosol dan Red Yellow mediteran.
  Iklim
Rata – rata curah hujan di Kabupaten Pati di tahun 2008 sebanyak 1.002 mm dengan 51 hari hujan, untuk keadaan hujan cukup, sedangkan untuk temperatur terendah 230C dan tertinggi 390C. Berdasarkan curah hujan wilayah di Kabupaten Pati terbagi atas berbagai type iklim (oldeman).

Type iklim ( oldeman ) tersebut adalah sebagai berikut :
Kecamatan
District
Oldeman
Climate Type
010. Sukolilo
020. Kayen
030. Tambakromo
040. Winong
050. Pucakwangi
060. Jaken
070. Batangan
080. Juwana
090. Jakenan
100. Pati
110. Gabus
120. Margorejo
130. Gembong
140. Tlogowungu
150. Wedarijaksa
160. Trangkil
170. Margoyoso
180. Gunungwungkal
190. Cluwak
200. Tayu
210. Dukuhseti
D 2
D 2
D 2
E 2
E 2
E 3
E 3
E 4
E 3
D 2
D 2
D 2
D 2
D 2
E 1
E 1
D 2
D 2
C 2
D 2
D 2


LUAS WILAYAH :
Luas wilayah Kabupaten Pati 149.119 Hektar terdiri dari

Luas
Prosentase
A. Lahan Sawah
58.789 Ha
39,09 %
B. Lahan Bukan Sawah
91.584 Ha
60,76 %

PENDUDUK :
Jumlah Penduduk Kabupaten Pati pada akhir tahun 2005 berdasarkan hasil P4B adalah 1.225.423 yang terdiri dari :
- Laki - Laki : 600.927
- Perempuan : 620.579
Sedangkan penduduk akhir tahun 2006 adalah : 1.243.207 yang terdiri dari :
- Laki - Laki : 613.628
- Perempuan : 629.579
Selama kurun waktu 2005 - 2006 pertambahan penduduk Kabupaten Pati sebanyak 17.784 orang atau mempunyai pertumbuhan sebesar 1,45% dari tahun sebelumnya. Dari 21 Kecamatan di Kabupaten pati, Kecamatan Pati mempunyai penduduk terbanyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain yaitu sebanyak 105.159 jiwa.


Kepadatan Penduduk
Kabupaten Pati pada tahun 2008 mempunyai luas wilayah sebesar = 1.503,68
km2. Dengan jumlah penduduk mencapai 1.256.182 pada akhir tahun 2008, maka
Kabupaten Pati secara umum mempunyai kepadatan penduduk 830 jiwa per km2.
Angka tersebut sama dibandingkan pada tahun 2007 sebesar 830 jiwa per km2.


Menurut Agama :
- Islam
:
1.140.559
- Katolik
:
12.002
- Kristen Protestan
:
37.334
- Budha
:
10.195
- Hindu
:
923
- Aliran Kepercayaan
:
716

Motto :
Pati Bumi Mina Tani Kependekan dari Berdaya Upaya Menuju Identitas Pati yang Makmur ideal Normatif Adil Tertib Aman Nyaman Indah

Kamis, 15 September 2011

PROFIL KABUPATEN PACITAN

Kondisi Fisik Wilayah Pacitan
Pacitan merupakan salah satu dari 38 Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang terletak di bagian Selatan barat daya. Kabupaten Pacitan terletak di antara 110º 55'-111º 25' Bujur Timur dan 7º 55'- 8º 17' Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.389,8716 Km² atau 138.987,16 Ha. Luas tersebut sebagian besar berupa perbukitan yaitu kurang lebih 85 %, gunung-gunung kecil lebih kurang 300 buah menyebar diseluruh wilayah Kabupaten Pacitan dan jurang terjal yang termasuk dalam deretan Pegunungan Seribu yang membujur sepanjang selatan Pulau Jawa, sedang selebihnya merupakan dataran rendah.
Dari aspek topografi menunjukkan bentang daratannya bervariasi dengan kemiringan sebagai berikut :
1.
Datar (kelas kelerengan 0-5%) dengan luas 55,59 Km² atau 4% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan.
2.
Berombak (kelas kelerengan 6-10%) dengan luas 138,99 Km² atau 10% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan.
3.
Bergeklombang (kelas kelerengan 11-30%) dengan luas 333,57 Km² 24%             dari luas wilayah Kabupaten Pacitan.
4.
Berbukit (kelas kelerangan 31-50%) dengan luas 722,73 Km² atau 52% dari luas wilayah di Kabupaten Pacitan.
5.
Bergunung (kelas kelerengan > 52%) dengan luas 138,99 Km² atau 10% dari        luas wilayah di Kabupaten Pacitan.
Bila ditinjau dari struktur dan jenis tanah terdiri dari Assosiasi Litosol Mediteran Merah, Aluvial kelabu endapan liat, Litosol campuran Tuf dengan Vulkan serta komplek Litosol Kemerahan yang ternyata di dalamnya banyak mengandung potensi bahan galian mineral.
Pacitan disamping merupakan daerah pegunungan yang terletak pada ujung timur Pegunungan Seribu, juga berada pada bagian selatan Pulau Jawa dengan rentangan sekitar 80 km dan lebar 25 km. Tanah Pegunungan Seribu memiliki ciri khas yang tanahnya didominasi oleh endapan gamping bercampur koral dari kala Milosen (dimulai sekitar 21.000.000 – 10.000.000 tahun silam). Endapan itu kemudian mengalami pengangkatan pada kala Holosen, yaitu lapisan geologi yang paling muda dan paling singkat (sekitar 500.000 tahun silam – sekarang).
Gejala-gejala kehidupan manusia muncul di permukaan bumi pada kala Plestosen, yaitu sekitar 1.000.000 tahun Sebelum Masehi. Endapan-endapan itu kemudian tererosi oleh sungai maupun perembesan – perembesan air hingga membentuk suatu pemandangan KARST yang meliputi ribuan bukit kecil. Ciri-ciri pegunungan KARST ialah berupa bukit-bukit berbentuk kerucut atau setengah bulatan.
Bersamaan dengan kala geologis tersebut, yakni pada zaman kwarter awal telah muncul di muka bumi ini jenis manusia pertama : Homo Sapiens, yang karena kelebihannya dalam menggunakan otak atau akal, secara berangsur-angsur kemudian menguasai alam sebagaimana tampak dari tahap-tahap perkembangan sosial dan kebudayaan yaitu dari hidup mengembara (nomaden) sebagai pengumpul makanan, menjadi setengah pengembara/menetap dengan kehidupan berburu, kemudian menetap dengan kehidupan penghasil makanan. Adapun tingkat kebudayaannya yaitu dari zaman batu tua (Palaeolithicum), zaman batu madia (messolithicum), dan zaman batu muda (neolithicum).
Letak Geografis
Kabupaten Pacitan terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah dan daerah Istimewa Jogyakarta merupakan pintu gerbang bagian barat dari Jawa Timur dengan kondisi fisik pegunungan kapur selatan yang membujur dari Gunung kidul ke Kabupaten Trenggalek menghadap ke Samudera Indonesia.
Adapun wilayah administrasi terdiri dari dari 12 Kecamatan, 5 Kelurahan dan 166 Desa, dengan letak geografis berada antara 110º 55' - 111º 25' Bujur Timur dan 7º 55' - 8º 17' Lintang Selatan.
Batas-batas Administrasi :
1.
Sebelah timur
:
Kabupaten Trenggalek.
2.
Sebelah Selatan
:
Samudera Indonesia.
3.
Sebelah Barat
:
Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah).
4.
Sebelah Utara
:
Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur) dan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah).
Apabila diukur dari permukaan laut, ketinggian tempat itu dapat dirinci sebagai berikut :
1.
Ketinggian 0 – 25 m, seluas 37,76 km atau 2,62 % luas wilayah.
2.
Ketinggian 25 – 100 m, seluas 38 km atau 2,67 % luas wilayah.
3.
Ketinggian 100 – 500 m, seluas 747,75 km atau 52,68 % luas wilayah.
4.
Ketinggian 500 – 1000 m, seluas 517,13 km atau 36,43 % luas wilayah.
5.
Ketinggian 1000 m, seluas 79,40 km atau 5,59 % luas wilayah.
Ditinjau dari sudut geografisnya wilayah Kabupaten Pacitan seluas 1.389,8716 Km² atau 138.987,16 Ha sebagian besar tanahnya terdiri atas :
1.
Tanah ladang
:
21,51% atau 29.890,58 ha.
2.
Pemukiman Penduduk
:
02,27% atau 3.153,33 ha.
3.
Hutan
:
58,56% atau 81.397 ha.
4.
Sawah
:
09,36% atau 13.014,26 ha.
5.
Pesisir dan tanah kosong
:
08,29% atau 11.530,99 ha.

Kondisi Kependudukan 
Dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan sangat dibutuhkan data mengenai kependudukan. Apalagi jika dikaitkan dengan dwifungsi penduduk, yaitu sebagai fungsi subjek dan fungsi objek. Fungsi subjek bermakna bahwa penduduk adalah pelaku pembangunan, dan fungsi objek bermakna bahwa penduduk menjadi target dan sasaran pembangunan yang dilakukan. Kedua fungsi tadi harus berjalan seiring dan sejalan secara integral.
 Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Pacitan antara Sensus Penduduk 2000 (SP 2000) dan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 (SP 2010) atau selama kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir adalah sebesar 0,28%. Laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat tidak selalu tergantung pada pertumbuhan ekonomi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk.
 Jumlah penduduk di Kabupaten Pacitan pada tahun 2009 berjumlah 558.664 jiwa atau bertambah 1.636 jiwa dan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 tercatat sebesar 540.881 jiwa, terdiri dari laki-laki 264.112 jiwa dan perempuan 276.769 jiwa. Sedangkan distribusi penduduk Pacitan berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 (SP 2010) terbesar berada di Kecamatan Tulakan yaitu sebesar 14,30%, yang diikuti oleh Kecamatan Pacitan sebesar 13,5%. Selanjutnya distribusi terkecil adalah Kecamatan Pringkuku sebesar 5,49%
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
TAHUN 2010
USIA
(Tahun)
2010*)
L
P
Jumlah
0 – 1
18.774
17.696
36.470
5 – 9
20.186
18.951
39.137
10 – 14
22.895
21.327
44.222
0 – 14
61.855
57.974
119.829
%
23.42
20.95
22.15
15 – 19
19.915
18.144
38.059
20 – 24
25.750
16.088
33.030
25 – 29
17.799
18.921
36.720
30 – 34
16.002
17.128
33.130
35 – 39
19.569
21.358
40.927
40 – 44
21.230
22.531
43.761
45 - 49
42.950
20.170
41.515
50 – 54
17.918
18.892
36.810
55 – 59
15.394
14.460
29.854
60 – 64
10.972
12.732
23.704
15 - 64
175.057
182.453
357.510
%
66.28
65.92
66.10
65 ke atas
27.200
36.342
63.542
%
10.30
13.13
11.75
Jumlah
264.112
276.769
540.881